Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Jeritan yang Terabaikan

10 Juni 2020   11:18 Diperbarui: 10 Juni 2020   11:12 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrated by: id.lovepik.com

Di seberang laut, nelayan kita harus menerjang ombak hanya untuk membentangkan jala dan jaring ikan. Bermodalkan sampan, warisan peninggalan.

Di tanah pegunungan, petani kita harus menelusur lereng yang terjal, hanya untuk menyemai bibit tuk tanaman. Bermodalkan arit dan cangkul.  

Di pusat kota, para kuli industri harus bekerja siang dan malam, dari kejamnya ibukota.

Di pedesaan, orang udik bingung pasarkan hasil bumi, dan harus menunggu para tengkulak menjemput hasil pertanian.

Di istana dan senayan, ada yang tertidur nyenyak, sambil menunggu jatah bulanan. Sesekali bahas apa itu rancangan.

Di sono maupun disini, semakin menjerit bahkan sering terabaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun