Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kegagalan Parpol dan Daya Tarik Figur Keluarga dalam Mendulang Suara

8 November 2019   11:25 Diperbarui: 8 November 2019   11:46 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baik parpol  baru maupun parpol lama di setiap menjelang pemilu, seakan tidak menapik akan hal-hal seperti ini, dengan berbagai motif bertahan dan tidak tergerus di kompetisi akbar dalam politik. Yaitu menggunakan nama-nama "public figure ".

Bahkan penunjukan calon-calon kepala daerah pun tidak lepas dari pola main yang sama. Golongan birokrat, pengusaha, artis, pendek kata orang-orang yang terpopuler masih dijadikan kandidat utama. Dan orang-orang yang benar-benar layak, tapi bukan dari golongan "populer" terkadang justru di kesampingkan.

Yang menjadikan "kekhawatiran" apakah yang akan dihasilkan, dengan sebuah produk aturan yang diajukan/ditetapkan, sejauh mana analisa/logika dalam mencari solusi negeri yang sangat komplek. Tidak hanya dengan satu pemahaman yang mesti diketahui, tapi berbagai bentuk pemahaman.

Jika hanya mendulang suara, asal eksis, tanpa melihat kerangka tujuan yang dibutuhkan oleh bangsa. Maka, parpol bisa dianggap salah satu penyebab mundurnya sistem demokrasi pada suatu bangsa. Dalam hal kemampuan legislator ditanah air.

Nama Keluarga Masih Bisa Menjadi Basis Suara          

Istilah lama "jika kalau orang tuanya telah kaya, secara tidak langsung anaknya juga kecipratan akan kekayaan". Jika melihat nama-nama elit nasional yang ada di tanah air, bayang-bayang orang tua masih memiliki pengaruh besar pada seseorang bahkan parpol pun tidak terlepas akan hal ini.

Seperti Puan Maharani masih dihubungkan dengan Megawati maupun Soekarno, Prabowo dengan Soeharto, Gibran kandidat walikota Solo dengan Jokowi, AHY dengan SBY dan nama-nama lainnya. Nama-nama besar keluarga terkadang memberi pengaruh besar dalam perkembangan para elit.

Nama-nama besar keluarga/orang tua seakan punya daya tarik tersendiri pada "figure sang anak". Semakin besar nama orang yang dibawah, secara tidak langsung semakin besar pula daya pikat buat publik. Apalagi jika nama-nama memiliki keharuman, sebagai negarawan-kah, bangsawan-kah atau pahlawan?

Yang menjadi sebuah pertanyaan besar, apakah nama-nama yang melekat bisa terbukti untuk menjawab berbagai problem-problem yang ada, atau bisa menjadi perbandingan yang kurang baik, apabila tidak mampu melampaui sepak terjang yang dilakukan oleh mereka dahulu.

Inilah asumsi dari pandangan awam, melihat beberapa elit nasional bahkan di daerah pun tidak terlepas dari nama keluarga, untuk mendapati suara rakyat.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun