Sistem pemerintahan yang presidensil tak ubah seperti sistemnya parlementer. Karena komposisisi-komposisi cabinet dipemerintahan terkampling-kampiling oleh titipan parpol. Fungsi koalisi yang didengungkan hanya tataran berbagi pos-pos strategis menghilangkan marwah partisipasi parpol di tanah air.
Ujaran untuk ikut membangun hanya melihat "cela" merapat pada pemenang seakan memberikan kesan sempit dalam konteks partisipasi. Dan merasa enggan berada diposisi oposan.
Eksistensi-kah atau karena cari aman, atau trik dua kaki supaya eksis di priode-priode berikutnya. Inilah asumsi yang dipahami dari kacamataku.
Ironis, jika berbicara politik, tidak hanya terjadi ditingkat skala yang besar tapi, terjadi di unit terbawah, khususnya infiltrasi politik bersemayam di dalam instansi-instansi pemerintahan yang seharusnya indepeden. Dan menjadi komoditi niaga dipolitisir. Mau posisi ini-itu bayar, mau lancar prosesnya bayar, mau cair tip pun harus bayar.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H