Sepi, hening terdengar alunan tabuhan bedug disertai lantunan takbir di surau depan rumah. Mata pun menerawang dengan tangan terkepal, terkadang tak sengaja menyentuh kerutan dahi. Kegelisahan dan kesedihan seakan bersemayam, dengan bayang-bayang samar, hanyut dalam lamunan.
Berusaha melawan, redam rasa akan itu. Tapi, mata tak bersehabat. Tika butiran air mata tak terasa membasahi kelopak mata dan mengalir dipipi turun ke bumi. Sejuta kenang, terngiang dalam sepi, rindu dan kesendirian.
Bayangan, saat tangan memohon restu melangkah ke tanah jauh. Demi mimpi dan tuju. Tapi, hari ini seakan takbisa menahan rasa akan itu. Gejolak jiwa menghentak tuk berkumpul lagi dikampung halaman.
Walau jauh ditanah seberang, terhalang samudera membentang. Rasa akan pulang. Dari waktu yang telah bergulir.Â
Merajut masa yang tertinggal, sempat terlupakan. Dibulan yang suci ini, dengan mata yang berbinar.
Curup, 29 Mei 2019
Ibra Alfaroug
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H