Gemuruh takbir berkumandang diringi hujatan para bersorban dan berpeci putih. hamburan massa tak terkendali menyeruak, mendesak, bertindak dalam amarah bersifat merusak.
Puingpuing serpihan berserakan, kepulan asap pun membumbung, warna merah menyala berusaha membakar siapa yang tersentuh, siapa pun itu. yang berusaha mendekati, meredam kobaran api.
Dentuman suara keras tak berhenti, mencekam penuh ketakutan yang sangat pada rerumputan yang tertuduk layu dari kondisi mematikan tak diharapakan. dengan ulah yang kau lakukan.
Dengarlah jeritan mereka, tangis mereka, keluh kesah dan pilu mereka. yang kau bakar dan  kau ciptakan. Inikah yang kau sebut benar. kau rebut damai dari mereka.
Kebenaran apakah yang ditampilkan bila kebencian kau taburkan, kebaikan seperti apakah yang diperjuangan bila tujuan tak ubah dengan hukum rimba yang ditegakan, kerakyatan seperti apakah jika rakyat jadi wayang dan korban nafsu keinginan.
Huuh, rusak, rusak, hancur, hancur binasa tak berbekas akan kedamaian. jika ini terus berkembang, bertahan dan dibudidayakan.
Pak, kyai, akademisi, elit bangsa, saudara-saudara, dinginkan, redamkan tunjukan teladan kalian dibalik jubah kebesaran dalam bijak pikir, hati dan tutur sapamu dari hal ini. bila tidak bangsa ini akan hancur seperi bangsa nun disana, ribut karena kuasa akan tahta, dan tak akan berjaya selamanya.
Berhentilah sejenak, berpikirlah hanya untuk sebentar, dinginkan hati dengan wudhu. coba renungkan perjalanan masa yang masih panjang kedepan.
Â
Curup, 23 Mei 2019