wajah sendu terpancar di sudut senyum simpulmu. binar-binar matamu sangat gembira pada dunia yang kau lihat. tatapan kosong bahkan tajam tika kau melihat nir biru nun disana. fantasi dan imajinasi kecil menjadi candaan tuk menghibur yang merengkuh dijiwamu.
malu-malumu, takutmu, teriakanmu bahkan tetes pilu dipipimu. nak, ini lembaran baru bukan lembaran haru. inilah, liku dunia yang kau tapaki kini dan nanti. tulislah sajak-sajak mimpi dilangit biru yang bertaburan bintang matahari dan rembulan dalam hatimu.
biarlah angin mendesau berisik mengusik. air keruh yang tergenang menusuk hidung. jurang terjal menghalang. tapaki jalanmu seperti air yang mengalir. semakin besar batu ataupun gunung yang menghadang. akhirnya air kemuara juga.
goreskan tangan tuk menari dilembaran kertas putih. isi pikirmu dengan membaca alam ini. silat lidahmu yang berisi. dan ragamu tak lancang dalam ke-aku-an. menghujam dan tertanam pada sanubarimu.
jadilah sekuat gatot kaca dalam cerita perwayangan. bisa terbang tinggi mengitari bumi pertiwi. dan dapat melihat cakrawala zamrut khatulistiwa yang kaya. kepakan sayap terbang melayang dipersada nusantara ini.
jika waktunya telah tiba. waktumu telah memanggil. sang pendahulumu akan  seperti induk elang yang kejam terhadap anaknya. kau akan dilepas dari ketinggian. kau akan dijatuhkan kebumi. tapi bukan untuk membunuhmu. melainkan kau akan diajarkan tuk terbang dengan sendirinya. dan dapat melihat tajam dari ketinggian, inilah bumi pertiwi.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H