Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Sarkar, Revolusi Satu Suara adalah Solusi demi Bangsa yang Bermartabat

5 April 2019   09:18 Diperbarui: 5 April 2019   09:38 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disinilah menjadi fungsi pemuda untuk menanamkan pemahaman kepada mereka agar suara  tidak terbeli dan menjadi sia-sia.

ilustrated by; galatta.com
ilustrated by; galatta.com

Berdasarkan resensi Film ini dapat dijadikan acuan buat kita. Khususnya pada realita Tanah air.

Kalau melihat perkembangan politik di Negara kita yang semakin panas. Berbagai cara dilakukan para elit untuk duduk dipanggung singgasana. Gosok kiri, gosok kanan, halam haram hantam agar tujuan dapat tercapai. 

Tipu menipu, penyebaran informasi bohong (Hoax), Menyerang personal yang bersifat pribadi (bukan gagasannya), bahkan agama dijadikan materi dalam memprovokasi massa. 

Mirisnya, semua ini dilakukan hanya untuk dapat berkuasa. Unsur SARA (Suku, Agama. Ras, Antar Golongan) adalah senjata utama menyerang rival politik.

Putih menjadi hitam, hitam pun menjadi putih, bahkan perpaduan keduanya bewarna keabu-abuan. Salah menjadi benar, benar menjadi salah. Membuar rakyat susah membedakan dan menentukan sebuah pilihan. Lucunya, berbohongpun pakai data, sumpah dan agama.

Akibat tensi ini. Ada sebuah kekhawatiran besar yang tidak kita sadari. Salah satunya tingkat partisipasi pemilu yang akan menurun. Dan bayang-bayang disentegrasi bangsa akan tecipta, terkota-kotak, kata Bhineka Tungga Ika hanya akan tinggal nama.

Mengapa? Ini bisa jadi akibat dari suguhan politik menjadi menu utama di media. Menayangkan figure yang kadang kala tidak sesuai dengan realitanya. Bisa jadi juga aktor-aktor lama yang bermain, cuma baju dan penampilannya saja yang berubah. Rakyat telah bosan. Dalam hal ini saya kukutip lirik sebuah lagu "manis dibibir, memutar kata malah kau tuduh....". dan sebuah pepatah lama bertukar beruk dengan monyet. Artinya sama saja tidak akan ada perbedaan dan perubahan.

Untuk itu didalam Undang Undang Nomor 7 Tahun 2017 menegaskan bahwa pemilu diselenggarakan dengan partisipasi masyarakat. Poin ini menunjukkan partisipasi masyarakat menjadi salah satu indicator penting penyelengaraan pemilu. 

Tanpa partisipasi atau keterlibatan pemilih, maka sesungguhnya pemilu. pemilu tidak memilki makna. ukuran partisipasi tentu bukan sekedar kehadiran pemilih dalam memberikan suara ditempat pemungutan suara (TPS) pada hari pemungutan suara atau voter  turn out keterlibatan pemilih pada keseluruhan tahapan pemilu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun