Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pak Tua dan Es Lilin

19 Maret 2019   08:08 Diperbarui: 19 Maret 2019   17:20 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrated by; pixabay.com

Tersengal-sengal, nafasmu bergemuruh. Kempas kempis kutatap perutmu yang tersingkap. Dari kemeja yang kedodoran membalut tubuh kurus yang telah keriput. 

Senyum simpul, kulihat gigimu yang hanya tinggal dua seakan berpamitan karena masa. Pak tua, sang pengayuh sepeda tua. Gigih dalam menawarkan es lilin dipelataran jalan, taman kota. 

Hari yang panas, seakan rezekimu didepan mata. Binar-binar diwajah berisyarat akan itu. Hari hujan seakan petaka bagimu. Terlihat kerut keningmu, berkata akan itu.

Pak tua, kusangat ingin menegurmu. Bertutur sapa dibawah pepohonan taman kota sambil menikmati Es lilin. Bercengkrama, mendengarkan ceritamu. 

Dalam hatiku.Oooh. Tuhan. Perintahkan sang bayu agar memindahkan awan gelap ditaman kota. supaya Es lilinnya dapat habis. Setimpal dengan ayunan sepeda yang berputar. Keringat bercucuran dan nafas yang tersengal.

Tuhan! berilah kekuatan, kesehatan tika ia bekerja. Demi tanggungjawab sebagai kepala keluarga. Dari kerasnya roda kehidupan.

Pak tua, kau telah senja. Tapi, semangatmu sangat membara.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun