Puasa adalah jalan manusia menjadi adimanusia atau manusia paripurna.cara manusia menyerupai sifat Tuhan ,tidak makan dan tidak minum di siang hari inilah menjadikan puasa sebagai ibadah yang tinggi derajatnya ,sebab inilah cara Tuhan mangajak manusia merasakan dimensi ketuhanan.
Puasa menghendaki manusia untuk memutuskan aktifitas  yang berdasarkan harsrat libodi manusia berupa:makan,minum seks ,marah ,dengki dll.sama seperti Tuhan yang suci dari segala dorongan hasrat .Lewat puasa manusia di ajari untuk tidak mengikuti dorongan biologis tapi harus meletakkan setiap aktifitas pada akal budi dan hati nurani.
Tahun kedua Hijriah di bulan Ramadan setelah pulang dari perang badar Rasullullah berpesan kepada para sahabatnya bahwa perang dan jihad yang paling berat adalah jihad melawan hawa nafsu untuk menghilangkan potensi kebinatangan sebab manusia terdiri dari potensi lempung busuk dan ruh ilahiyah maka puasa mengajari manusia untuk bertindak sesuai potensi ruh ilahiyahnya atau eksisitensi luhurnya sebagai manusia dan membunuh sifat kebinatangannya yang dimiliki
Seperti yang di bahasakan oleh Nietczhe bahwa setiap manusia terdorong oleh hasratnya atau nafsunya untuk menguasai yang lain ,kata Nietczhe niat manusia untuk beragama, berpolitik berbudaya, berpendidikan bahkan bercinta sekalipun merupakan representatif nalurih hasrat untuk berkuasa.dan jika ada aktifitas yang memperlihatkan moral manusia maka itu tidak lain melainkan hanyalah topeng yang muslihat untuk menutupi hasrat kekuasaanya.
Dalam keseharian manusia sering mempraktekkan kekuasaan dan hawa nafsulah yang menjadi mesin produksi dalam memproduksi kekuasaan tersebut.misalnya di media sosial orang bebas berkuasa mengatak apa saja tanpa pertimbangan apa yang ia katakan itu akan menyakiti dan menyinggung orang lain atau tidak .
Di mal-mal uang menjadi alat kekuasaan untuj menciptakan hasrat manusia untuk berbelanja tanpa peduli kesengsaraan dan penderitaan yang dirasakan oleh manusia yanga lain,sehingga puasa mengajari bahwa memberi buka pada yang berpuasa sama pahalahnya sama orang yang berpuasa.
Di tingkat elit politik hasrat untuk menguasai tampaknya menjadi dasar dan referensi daei setiap pengambilan kekuasaan demi mempertahankan kekuasaan yang lainnya lagi dan konstituen atau rakyat menjadi tumbal dari keserakahan libidotas pemimpin yang mereka pilih sendiri,tapi subtansi dari politik adalah jalan untuk mendistribusikan keadalian .
Singkatnya hasrat akan kekuasaan adalah dalang dari setiap keburukan dari setiap aktifitas manusia  baik secara personal maupun secara sosial sehingga Puasa mengajari manusia untuj menundukkan hasrat kekuasaannya dan mebunuhnya serta melakukan transformasi diri dan tatanan dari predikat atau potensi terendah menuju peredikat tertinggi yakni dari iman menuju TAQWA
MUKHLISIN SAID(SA)