Mohon tunggu...
muklisin purnomo
muklisin purnomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Ngaji

Penggiat Literasi Dakwah di Kulon Progo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semangat Elang yang Selalu Ingin Berumur Panjang

27 April 2023   08:49 Diperbarui: 27 April 2023   08:51 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siapa yang tak kenal dengan burung elang, kadang disebut rajawali atau burung garuda.  Negara-negara besar seperti  Amerika Serikat, Mesir, Meksiko, Jerman  tak ketinggalan pula negara kita Indonesia menjadikan burung perkasa ini sebagai lambang negara. Hal itu tidak terlepas dari filosofi  yang mendalam dari semangat perjuangan hidup yang melekat pada elang. Elang adalah simbol kecepatan, wawasan, kreativitas, dan keseimbangan atara kekuatan dan keanggunannya. Orang-orang menganggap elang adalah eksistensi yang tertinggi di udara, sama seperti singa yang dianggap sebagai raja di daratan.

Elang adalah hewan yang sangat kuat dibanding jenis unggas yang lain. Ia  merupakan hewan pemangsa hewan mamalia kecil seperti tikus, tupai dan ayam, terkadang ikan. Kemampuan melihatnya sungguh menakjubkan dan jauh melebihi kemampuan mata manusia karena ia mampu melihat dari ketinggian 1 Km. Ia memiliki cakar dan paruh yang kuat. Berdasarkan penelitian para ahli, menyimpulkan bahwa elang mampu hidip 70-80 tahun, namun ada juga elang yang tidak mampu mencapai usia ini. Pada usia ke 35 sampai 40-an kondisi elang sungguh memilukan. Paruh yang tadinya kuat dan tajam mampu mencabik-cabik mangsa hanya dengan satu kali gigitan, kini tak kemampuan itu mulai melemah karena paruhnya semakin memanjang dan bahkan sampai ke leher. Sedangkan cakar yang dulunya begitu runcing nan kokoh, dengan cengkramannya bisa membawa mangsa terbang ke sarangnya, kini telah tumpul. Begitupun  bulu yang menutupi sekujur tubuhnya semakin tebal hingga menjadikannya tidak lagi mampu terbang dengan gesit. 

Kondisi ini memaksa elang yang lain menggunakan instingnya untuk melakukan perubahan. Meskipun ada juga elang yang malas dan menerima keadaan apa adanya hingga kematian menjemputnya. Elang yang tetap ingin tetap hidup, nekat mencabut sendiri bulu-bulu tebal yang menutupi sekujur tubuhnya agar nantinya tumbuh bulu-buru baru yang lebih muda dan lebih ringan. Setelah pekerjaan mencabut bulu dirasa cukup, mematuk-matuk dan mencakar-cakar batu karang yang keras berulang-berulang hingga tanggal. Waduh, tidak pernah terbayang dalam benak kita bagaimana rasa sakit yang harus ditanggungnya.  So, apa yang dilakukan elang agar tidak kelaparan dan tetap bertahan hidup selama masa pemulihan selama tiga sampai lima bulan.  Sembari menunggu sembuhnya luka dan tumbuhnya paruh dan bulu-bulu baru, si elang harus rela berpuasa dan hanya memakan dedaunan maupun daging-daging sisa.

Subhanallah, lima bulan kemudian perjuangan elang akhir terbayar, karena ia seperti menjadi muda kembali mampu terbang, memiliki  paruh dan cakar yang lebih tajam. Kecepatan terbangnya kembali normal bak laju motor sport, bahkan lebih cepat. Semangat juangnya menjadikan ia mampu survive lebih lama hingga 70 sampai 80 tahun, seperti umur manusia bukan?.*****   

Seakan elang paham betul dengan sunatullah bahwa perubahan adalah sebuah keniscayaan. Satu-satunya hal yang tidak pernah berubah sampai kapanpun adalah perubahan itu sendiri. Bukankah kita semua sudah sangat mafhum dengan firman Allah (ar-Ra'd: 11) bahwa: Innallah la Yughayyiru ma bi qaumin hatta yughayyiru ma bi anfsuhim" Allah tidak akan merubah masa depan manusia sampai ia mempunyai inisiatif  dan kemauan untuk berubah ke arah yang lebih baik.

Pernahkah kita mengambil sebuah keputusan untuk berubah  dalam kondisi yang sangat sulit dan mengenakkan? Mendongkel kenyamanan yang melenakan, kebiasan nyantai dengan memaksa diri kita untuk berjuang lebih gigih, menjalani sebuah tantangan yang yang berat.  Jika kita memutuskan hal ini niscaya pencerahan dan kesuksesan merupakan keniscayaan bagi masa depan kita kelak.

Sayangnya banyak di antara lebih kita memilih untuk menjadi elang yang pasrah menunggu kematian, pasrah dan berpangku tangan menunggu datangnya keajaiban tanpa pernah ada kemauan dan keberanian untuk melakukan inovasi dan kreasi pengembangan diri secara maksimal. Jika saja kita mau mendengarkan kata hati, pasti kita akan menemukan jawabannya bahwa setiap insan manusia pasti menginginkan perubahan. Dari sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Dari sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang baik. From something good to be something better. 

Disadari atau tidak kita sedang berada di zaman kompetisi. Perubahan terjadi begitu cepat setiap menit bahkan detik. Jika menyikapinya dengan berdiam diri maka kita telindas oleh zaman dan menjumpai banyak kegagalan. Untuk meraih sukses kita harus mau melakukan update, siap berubah dan bertindak cepat dengan mengambil semua peluang yang ada. Jadi yang dibutuhkan adalah sikap mental dan kemauan beradaptasi terhadap perubahan, sikap yang terbuka untuk belajar dan bekerja sama dengan orang lain.

Akhirnya, perubahan harus disambut dengan tangan terbuka. Bila kehidupan kita dan sekitar kita sudah mulai bergerak ke arah yang lebih baik, maka kita harus tetap memompa semangat kita agar  lebih kencang dalam melakukannya, bergerak lebih cepat, disertai dengan kerja keras nan cerdas untuk mejadikan hidup kita menjadi lebih bermakna? It's your choice

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun