Mohon tunggu...
muklisin purnomo
muklisin purnomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Ngaji

Penggiat Literasi Dakwah di Kulon Progo

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menyingkap Makna di Balik Perayaan Idul Fitri

22 April 2023   21:26 Diperbarui: 22 April 2023   21:34 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Bagi umat muslim idul fitri merupakan hari yang yang termat istimewa. Pada hari itu semua umat muslim merayakan kemenangan setelah melakukan pertarungan melawan hawa nafsu selama selama satu bulan penuh. Idul fitri sebagai hari kemenangan telah dijelaskan dalam al-Qur'an "pada hari (kemenangan) itu bergembiralah kaum mukmin karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa saja yang dikehendaki-Nya. Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang (QS. .Ar-Rum: 4-5). Kaum muslimin yang telah sukses melaksanakan ibadah selama bulan Ramadhan dengan penuh iman dan keikhlasan dianggap sebagai orang yang berhasil meraih kemenangan.

Bulan Ramadhan secara drastis telah mengubah pola hidup dan perilaku masyarakat baik secara pribadi maupun sosial. Salah pesan pokok dari ibadah puasa adalah mendahan dhiri (imsak). Puasa menjadikan mereka untuk mengerem untuk tidak makan dan minum dan segala sesuatu yang membatalkan puasa. Menahan diri yang dimaksudkan oleh puasa tentu memilki nilai yang lebih universal sebagaimana dijelaskan oleh Komaruddin Hidayat dalam bukunnya Penjara-penjara Kehidupan yaitu dengan puasa sejatinya seseorang sedang berupaya membangun pribadinya agar mampu mengendalikan, egonya agar tidak mudah tergoda oleh kenikmatan sesat yang bersifat jasadi, dan selalu menjalani kehidupan berlandaskan pada nilai-nilai moral dan spiritual.

Jika puasa memiliki nilai spiritual seperti telah dijelaskan di atas tentu idul fitri juga mengandung makna yang sarat dengan nilai spiritual. Idul fitri sering dipahami sebagai Kembali pada fitrah atau kesucian,, setelah jiwa manusia selama sering terkontaminasi oleh dosa baik yang disengaja maupun tidak selama hidupnya. Fitrah adalah adalah potensi bawaah Ketika manusia dilahrikan di muka bumi ini. Jadi idul fitri mengembalikan manusia pada naluri pembawaan yang asli.

Di antara naluri bawaan lahir manusia menurut Muctar AF dalam bukunya The Spirit of Ramadhan adalah naluri beragama. Dengan naluri ini setiap manusia mengakui kelemahan dirinya, makhluk yang banyak memiliki kekurangan dan tidak berdaya sehingga selalu membutuhkan kehadiran Zat Maha Sempurna, yang berhak dipertuhankan dan dimintai pertolongan. Oleh sebab itu, secara fitrah manusia selalu memerlukan agama yang bisa membingya melakukan pengabdian kepada Sesembahannya dengan benar. Sehingga pada dasarnya manusia selalu ingin tunduk dan patuh terhadap Tuhan, Allah SWT sang penguasa jagad raya.

Itulah kenapa pada saat menyambut idul fitri amalan yang palling dianjurkan adalah menggemakan takbir, tahlil dan tahmid.  Bahkan menurut Wahbah al-Zuhaili dalam al-Fiqhu al-Islami wa Adillatuhu, agar kelihatan syiarnya takbir boleh dikumandangkan secara berjamaah dengan disertai suara yang lantang di manapaun, baik di hunian tempat tinggal, tempat-tempat ibadah, tempat perbelanjaan, jalan raya dan dimulai ketika hilal Syawal sudah nampak sampai menjelang di lakukan shalat Idul Fitri. Perintah melantunkan takbir di hari Raya adalah perintah mandatori dari Allah SWT sebagimana firman Allah di bawah ini:

 "Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur."

Nabi Muhammad juga mendorong umatnya untuk memperbanyak membaca takbir:

"Perbanyaklah melantunkan takbir pada malam dua hari raya (idul fitri dan idul adha) karena hal itu dapat meluruhkan dosa-dosa."

Di balik kumandang takbir, tahlil dan tahmid memuat ajaran dan nilai-nilai filosofi yang sangat mendalam Seorang yang melantunkan takbir, tahmid dan tasbih sesungguhnya pengakuan akan fitrah pada dirinya yang lemah dan tidak memiliki kemampuan apapun sehingga dengan rela berikrar bahwa keagungan dan pujian itu hanyalah milik Allah semata. Tuhan adalah pemilik semua yang ada di alam semesta  ini, karena memang Allah lah pencipta sekaligus penguasa bumi ini.

Karena itulah perayaan Idul Fitri bukanlah semata-mata ritual kemenengan yang hanya mengedepankan kesenangan dan kemewahan, apalagi sampai memaksakan diri di luar batas kemampuanyya. Berlebaran bukan hanya sekedar kumpul bareng keluarga besar, makan ketupat dan opor ayam, lalu dengan mobil barunya pergi ke tempat-tempat rekreasi. Namun idul fitri haruslah menjadi sebuah momentum untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, memikirkan bagaimana caranya kualitas iman dan takwanya semakin berkwalitas.  

Setelah kita merayakan hari idul fitri sebenarnya kita baru akan membuktikan apakah nilai-nilai puasa benar bisa menjadi ruh dalam kehidupan 11 bulan berikutnya, Perubahan seseorang ke arah yang positif tentu jangan hanya sesaat Ketika berada bulan Ramadhan saja, melainkan harus benar-benar bisa mempengaruhi dan melekat dalam kehidupan selanjutanya. Jangan sampai Ketika lebaran dia Kembali pada kepribadian  sedia kala. Seiring dengan nama syawal seseorang harus melakukan tranformasi ke arah yang lebih baik. Momentum idul fitri harus bisa digunakan sebagai sarana untuk memberangus sifat negative yang melekat pada diri manusia seraya menebalkan potensi ruhani yang bersifat fitrah.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun