Mohon tunggu...
Mukhtar Mukti Ali
Mukhtar Mukti Ali Mohon Tunggu... -

seorang penulis dan pelukis

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jalan-jalan Ramadhan: Si Ali Kecil, Antara Satu Keluarga Katolik dan Satu Kampung Muslim

12 Juli 2013   15:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:39 449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13736185621239894824

[caption id="attachment_254362" align="alignnone" width="565" caption="d"][/caption]

Ali kecil, antara satu keluarga katolik dan satu kampung muslim

ini kisah nyata yang aku alami ketika usia delapan tahun.

Di kampung kami terdapat sebuah keluarga katolik,mereka adalah satu- satunya keluarga yang beragama lain dikampung muslim kami. Suatu hari pada saat hari raya, kampun g kami sangat ramai berbeda dengan kampung lain karena hawa kerukunan dan ikatan tali persaudaraan sangat kental dan dalam berbeda dengan kampung lain dan waktu itu kegiatan masih banyak di lakukan di luar rumah. Keluarga katolik ini rupanya punya inisiatif untuk ikut merayakan lebaran bersama..., yang sebelumnya tidak pernah mereka lakukan. Seperti keluarga muslim lain, mereka juga menyediakan jajanan dan kue –kue kering diletakkan diatas meja.Aku melihatnya jelas pada waktu itu.

Rasanya ingin masuk namun takut. Perempuanitu bernama ibu Ruth dan suaminya, Pak towo. Ibu Ruth adalah guru SD ku.., pernah sekali di ajar olehnya dan langsung mendapatkan satu jeweran ringan karena aku ngomong sendiri di belakang. Tapi dia seorang guru yang baik dan teladan.. banyak menyayangibeliau . namun aku mengurungkan niat..,karena tidak ada orang yang sudi memasuki rumahnya bahkan pekarangan rumahnya. Ada teman ku berkata kalau masuk selangkah kedalam rumahnya.., sudah dianggap kafirdan temanku berkata, orang kafir itu disiksa malaikat dengan menusuk dubur manusia kafirsampai kemulut.. , aku memang takut siksa malaikat saat itu namun yang paling menakutkan adalah dimarahi orang tuaku yang kolot.., maklum ibuku tidak pernah lulus SD.

Hingga tahun-tahun berikutnya selalu mereka ikut menyambut lebaran walau tidak ada pernah ada yang datang sama sekali. Setelah SMP, terdengar kabar ibu Ruth masuk rumah sakit karena kanker serviks stadium empat. Jujur waktu itu juga ingin mendoakan beliau, namun ketikateringat kata temanku, akhirnya mengurungkan niat itu. Setelah beberapa bulan dari kabar itu.., terdengar kabar kematian beliau karena bukan muslim tentu kabar kematiannya tidak di umumkan lewat mikrofone masjid. Aku tahu dari teman sekelas yangjuga teman memandikan kerbau...,sungai pemandian kerbaudan TPU tidak jauh. Aku cepat cepat memandikan kerbau lalu bergegas menuju pemakaman umum.

Semua yang terlihat orang asing yang kemudian di ketahui dari paroki, kelompok ibadah nya ibu Ruth. Tidak ada satupun warga dari kampung kami yang ikut melayat bahkan mengantarkan kepekuburan..., antara sedih dan takut siksa neraka dalam batin, ingin berdoa namun takut mendapatkan adzab.

Kenapa keluarga ini tidak meninggalkan perkampungan muslim sampai sekarang tetap menetap di kampung kami?Terakhir kali Pak Towo malah menjadimenjadiketua RT dua periode..,saya tidak pernah tahu kenapa alasannya. Namun saya mendapat pembelajaran yang berarti dari sikap keluarga ini. Tidak ada yang perlu di takutkan bila kita mampu bergaul dengan lingkungan menghargai keberagaman dan mencintai antar sesama...., semua membutuhkan proses dan ketekunan untuk mendidik lingkungan untuk menerima semua perbedaan. Janganmelepas dari rasa kasih sayang antar sesama umat manusia walau berbeda sampai mati.

Didiklah anak –anak untuk merasakan praktik kerukunan keberagaman di lingkungan yang nyata, bukan sekedarruang lingkup kelas.., gunamemberikan jawaban nilai nilai kepribadian diatas kertas.Itu palsu..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun