Mohon tunggu...
Mukhotib MD
Mukhotib MD Mohon Tunggu...

Aktif mengikuti dan menjadi fasilitator pendidikan kritis rakyat, berbagai pelatihan, seminar dan workshop, dengan issue penguatan keadilan jender, kesehatan reproduksi, HAM, HIV/AIDS, Islam ke-Indonesia-an, dan jurnalistik. Menjadi jurnalis online di kantor berita swara nusa (www.swaranusa.net), dan menulis, mengedit beberapa buku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Aktivis NGO Berkesenian

10 Mei 2010   05:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:18 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Kesenian akan bermanfaat bagi manusia dan kemanusiaan," kata Butet Kertaradjasa, saat menyampaikan sambutannya dalam penutupan acara Workshop Mengembangkan Kreativitas Berbasis Seni, di Padepokan Seni Bagong Kussudiardjam Jum'at (7/5). Workshop yang dilaksanakan tanggal 3-7 Mei 2010, diikuti oleh 25 peserta dari aktivis NGO di Yogyakarta. Menurut Butet Kertaradjasa, Padepokan Seni Bagong diperuntukkan bagi masyarakat umum untuk mengekspresikan nilai seni yang dianut setiap orang. Melalui workshop ini, Yayasan Bagong Kussudiardja (YBK), memberikan ruang seluas-luasnya bagi aktivis NGO untuk mengembangkan dan menciptakan nilai seni. "Kita membuktikan seni bukan hanya untuk seni," kata Butet. Butet yang juga dikenal sebagai Raja Monolog Indonesia, mengharapkan apa yang didapatkan dalam proses workshop bisa memiliki pengaruh dalam proses kerja keseharian para aktivis NGO di Yogyakarta. Jeanny Park, selaku Direktur YBK mengatakan workshop sudah berakhir, tetapi sesungguhnya justru merupakan awal atau memulai sesuatu yang baru dalam kegiatan di masa depan. Apa yang diberikan dalam proses workshop hanyalah merupakan upaya untuk menumbuhkan semangat menciptakan nilai seni dalam diri manusia. "Kita akan terus membangun komunikasi," katanya. Ninik, salah satu peserta dari NGO yang bergerak dalam pembelaan hak-hak difabel, mengatakan proses workshop ini sangat menarik. Melahirkan keberanian dalam dirinya untuk mengekspresikan apa saja yang selama ini hanya menjadi impian. Ia mengaku selama ini dirinya ingin menari, menyanyi dan bergerak bebas, tetapi kondisi kakinya tidak memungkinkan itu semua. "Dalam workshop ini saya mampu melakukan semuanya," katanya.[]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun