Sepuluh menit lalu, saya baru kembali dari pusat Kota Jayapura. Suasana mulai tampak sedikit gelisah. Meski belum ada tanda-tanda akan mengungsi, beberapa orang tampak mengelompok di depan rumah mereka. Sepanjang jalan dari Kotas Jayapura, tidak terlalu berubah, saat saya kembali menuju ke Kota Raja, tempat saya tinggal saat ini. Meski terhitung jauh dari pantai utara Kota Jayapura, di wilayah ini juga tampak orang-orang bergerombol di depan rumah.
"Saya sedang menilpun saudara saya yang di Sorong," kata Yoshi, seorang penduduk yang saya merantau  di Kota Raja. Keluarga besarnya memang tinggal di Sorong. Tetapi beberapa kali gagal terhubung, di layar selularnya tertulis network busy.  Menjelang detik-detik akhir perkiraan Tsunami akan menerjang Kota Jaya pura, tampaknya lalu lintas komunikasi menjadi sibuk. Ia tampak gelisah. Mondar-madir di halaman kontrakannya.
Berkali-kali selular di saku saya juga berdering. Baik dari saudara-saudara saya maupun dari sahabat-sahabat. Saat ini saya sedang mencari kendaraan sewa yang bersedia untuk mengantar saya ke Kota Jaya Pura. Khabar dari teman saya di Biak bagian Utara, melalui seluler saat saya menulis khabar ini, menceritakan air mulai menaik. Sayang saya tidak bisa berbicara panjang, karena seluler segera terputus***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H