Ketika mendengar kata 'Israel', selalu saja imajinasi kita terasosiasikan dengan sifat-sifat keras kepala, melawan [lebih tepat dengan bahasa Jawa, ngeyelan], tidak bisa berterimakasih, culas, dan nyebelin. Mendengar berita serangan brutal terhadap para aktivis kemanusiaan, imajinasi kita juga langsung mengarah pada pensifatan yang serba negatif.
Bagaimana kita bisa memahami sejarah Israel? Salah satu sumber menarik untuk membaca perjalanan bangsa Israel adalah kitab suci Alquran. Bahkan dalam kitab ini salah satu surahnya bertajuk "israel'. Lebih separuh dari kisah-kisah kenabian selalu berkonteks dengan bangsa Israel. Nasib mereka timbul tenggelam, antara kehinaan, penindasan, kesesatan dalam konteks ketuhanan, keterusiran, dan bersamaan dengan itu juga bersanding dengan kemuliaan.
Dalam kisah Nabi Musa, kita sungguh-sungguh bisa menemukan wajah Israel yang culas dan menyebalkan, kehinaan dan ketertindasan yang luar biasa di bawah kekuasan raja Fir'aun. Ketika terjadi perkelahian antara pemuda Mesir dan pemuda Israel, Musa melakukan pembelaan terhadap pemuda Israel. Pukulannya yang telak dan amat keras, menyebabkan pemuda Mesir menemui ajalnya. Pemuda Israel yang sudah dibela Musa, berlari tidak bertanggung jawab. Dalam kali kesempatan, juga terjadi perkelahian antara pemuda Mesir yang lain dan pemuda Israel yang sama. Musa tidak hendak membela lagi pemuda Israel, yang menurut Musa berwatak jahat dan tidak beradab. Ketika permintaan pertolongannya ditolak, pemuda Israel itu berteriak, akan mengatakan, pembunuh pemuda Mesir dulu adalah Musa.
Musa, sendiri sebenarnya juga keturunan Bangsa Israel, yang atas izin Allah, bayinya terselamatkan di tengah-tengah kebijakan Fir'aun untuk membunuh setiap bayi laki-laki dari bangsa Israel, berdasarkan takwil mimpinya.
Misi penyelamatan terhadap Israel berjalan mulus, ketika dalam pelariannya Musa dan bangsa Israel bisa menyeberangi lautan setelah laut merah itu terbelah dan menjadi jalan raya yang bisa dilalui Musa dan bangsa Israel. Tragedi ini mengakhiri kebrutalan Fir'aun dan permulaan keterusiran bangsa Israel dari tanah Mesir.
Keculasan bangsa Israel juga tergambarkan manakala seorang pemuda Mesir membunuh ayahnya sendiri untuk bisa segera menguasai harta warisannya. Pemuda ini mengadukan kematian ayahnya dibunuh oleh orang lain. Lalu Musa ditanya apakah bisa mengetahui siapa sesungguhnya pembunuh orang tua itu? Musa memerintahkan bangsa Israel untuk menyembelih sapi betina [ini juga menjadi nama salah satu surah dalam kitab suci], yang disambut dengan sikap keras kepala dan nyebelin. Lalu mereka selalu bertanya, sapi betina macam apa yang mesti mereka potong. Pertanyaan demi pertanyaan selalu diajukan, manakala Musa selesai menjelaskan ciri-ciri sapi yang mesti dipotong. Sampai pada akhirnya, mereka hampir tidak bisa menemukan sapi yang harus dipotong karena terlalu banyak bertanya.
Keterusiran memang menjadi bagian panjang dalam kehidupan bangsa Israel dengan lebih dari separuh kisah kenabian memang bersama mereka. Selalu saja berpindah mengikuti para Nabi di utus untuk menyelamatkan mereka dari penderitaan duniawi dan kegelapan dalam sisi ketuhanan. Sikap keras untuk mendapatkan tempat yang abadi bagi mereka, menjadi salah satu pemicu konflik berkepanjangan dengan Palestina, dan bahkan mungkin menjadi misi kenegaraan mereka. Apa yang diperebutkan Israel atas tanah Palestina, karena dalam sejarah hidup mereka, tanah-tanah itu merupakan asal dari dan hak milik nenek moyang mereka.
Pertanyaannya, benarkah Israel yang dikisahkan dalam kitab suci ini, merupakan nenek moyang bangsa Israel yang kemarin baru saja menyerang kapal-kapal dengan misi kemanusiaan ke Gaza? Jika benar, maka jangan terlalu heran, karena sejak nenek moyang mereka sendiri memang selalu saja bersifat culas, licik, dan nyebelin. Berkaca dari cerminan kisah kitab suci pula, jika memang benar adanya, layaklah seluruh bangsa-bangsa dunia memberikan hukuman yang sepantasnya kepada Bangsa Israel, karena Tuhan tampaknya tidak memungkinkan untuk menurunkan hukuman langsung seperti dalam kisah-kisah Nabi dalam kitab suci.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H