Perginya kaum muda dari mushola-mushola inilah, salah satu tonggak awal mula terjadinya ruang pelembagaan fundamentalisme di negeri ini. Masyarakat di dusun, di desa, melihat orang-orang yang berbaik hati, yang mengajari anak-anak mereka untuk belajar agama, adalah mereka yang berbasis pada gerakan fundamentalisme, garis keras, dan seringkali menggunakan kekerasan sebagai jalan menyelesaikan masalah, dan karenanya anti-dialog.
Lalu, setiap petang, begitu nyaring lagu-lagu yang bernada menghujat dan mengajari anak-anak sejak dini untuk berpikir, "saya kelompok yang benar, dan yang lainnya kelompok yang salah." Salah satu akhir dari lirik lagu yang paling mengkhawatirkan, misalnya, "Islam, Islam, Yes, Kafir Kafir No."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H