Pada saat sekarang ini baik media online maupun media cetak tidak henti-henti memberitakan tentang fenomena-fenomena yang terjadi di negeri kita ini, salah satunya yaitu kasus korupsi, baik itu penyuapan, penyalahgunaan/penyelewengan,  maupun pengelapan uang negara. berita tentang kasus korupsi sudah menjadi makanan sehari-hari bagi para penikmat berita,korupsi bukan lah suatu kasus langka yang ada di negeri kita, melainkan sudah menjadi suatu gaya hidup para penguasa kita. Entah  apa alasannya, mereka para koruptor  begitu menikmati suatu perbuatan yang sangat tidak bermoral tersebut.
Mirisnya para koruptor tersebut bukan lah orang -orang yang tidak memiliki pengetahuan, melainkan  orang-orang yang memiliki intelektual yang tinggi,orang-orang yang sepatutnya menjadi harapan untuk membawa kemajuan di negeri kita ini, orang yang dahulunya di berikan kepercayaan oleh rakyat,  namun malah orang-orang tersebut lah yang menjadi penyebab kehancuran bangsa ini akibat ulah dan perbuatan mereka.
Menjamurnya perbuatan Korupsi dikalangan para penguasa bukan tidak ada penanggulangan dari pemerintah, salah satu upaya pemerintah dalam menanggulanginya yaitu dengan  mendirikan Komisi Pemberantasan Korupsi  (KPK) yang merupakan lembaga negara yang di bentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan  hasil guna terhadap tindak pidana korupsi. Anehnya ketika KPK menyelidiki kasus-kasus besar yang akan mengancam  petinggi- petinggi negara ada saja masalah yang menghadang mereka, sebagai contoh mantan ketua KPK Abraham Samad yang menjabat selama tiga tahun dinilai berhasil menjerat koruptor-koruptor kelas kakap,setidaknya pada masa itu ada tiga orang menteri aktif yang terjerat KPK  yakni Menteri Pemuda dan Olahraga, Andi Malaranggeng, Menteri Agama Surya Dharma Ali,  Dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Jero Wacik. Namun semua keberhasilan itu juga mengantarkanya sebagai tersangka kasus pemalsuan dokumen. Namun ada opini yang beredar di tengah-tengah masyarakat itu hanyalah perencanaan penghancur KPK termasuk Kredibilitas Ketua KPK Abraham Samad  tersebut.
Akibat perbuatan korupsi tersebut disadari atau tidaknya oleh para penguasa yang  koruptor tersebut,telah banyak  menimbulkan kerugian besar terhadap negara ini yang berdampak pada kesejahteraan rakyat, mereka seenaknya mengambil uang negara,menampakkan sikap keserakahannya, melainkan rakyat miskin tetap masih berada pada kondisi yang sama. Bagaimana pendidikan akan maju  jika dalam membuat dan menyediakan sarana dan prasarana nya ikut dikorupsikan, bagaimana pelayanan kesehatan akan terjamin jika mereka masih pengkorupsikan dananya. Itu lah sekarang ini yang terjadi di negeri ini.
Maraknya kasus korupsi di negara ini sudah seharusnya pemerintah menindak tegas segala bentuk kasus-kasus tersebut baik dengan cara menberi sanksi yang berat tanpa memandang lagi jabatannya, Â maupun dengan cara melakukan pengawasan sehingga tidak memberi ruang kesempatan bagi para penguasa untuk melakukan korupsi.
Tetapi bukan bearti seluruh penguasa di negeri ini melakukan korupsi, ada juga beberapa penguasa yang melawan tindak korupsi tersebut tetapi mereka tentu tidak mampu mengawasi seluruhnya. Walaupun penguasa yang koruptor itu sebagian atau segelintir orang saja tentu sangat besar pengaruhnya pada instansi pemerintahan tersebut, dan merugikan banyak pihak.
Kesimpulanya negara  kita harus kita dibersihkan dari tindak korupsi tersebut,dengan mengajak seluruh unsur di dalam masyarakat, baik  untuk ikut mengambil peran dalam memberantas korupsi demi kemajuan negeri kita ini. Mungkin ada yang berpikiran negeri kita ini mustahil akan bersih dari korupsi,tetapi setidaknya kita berusaha untuk mendukung segala bentuk tindakan untuk memberantasnya.
Kesimpulanya negara  kita harus kita dibersihkan dari tindak korupsi tersebut,dengan mengajak seluruh unsur di dalam masyarakat, baik  untuk ikut mengambil peran dalam memberantas korupsi demi kemajuan negeri kita ini. Mungkin ada yang berpikiran negeri kita ini mustahil akan bersih dari korupsi,tetapi setidaknya kita berusaha untuk mendukung segala bentuk tindakan untuk memberantasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H