Mohon tunggu...
Mukhlisuddin ilyas
Mukhlisuddin ilyas Mohon Tunggu... -

Bekerja di Bandar Publishing, Mengajar dan Meneliti. Tinggal di Banda Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Aceh; dari Ganja Ke Sabu

17 September 2015   11:03 Diperbarui: 17 September 2015   11:22 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Setelah tsunami dan konflik menghantam Aceh. Kini apa lagi? Kemungkinan Narkoba. bila asumsi itu benar. maka dalam perspektif sosial dan keagamaan menjadi tragedi baru bagi Aceh. Selain konflik dan tsunami yang telah dilewati oleh rakyat Aceh dengan soft landing. Tidak berlebihan, bila narkoban akan hard landing.

Dalam pandangan sosial dan keagamaan, persolan Narkoba menjadi terang benderang bahwa telah terjadi transformasi penggunaan narkoba dari ganja ke sabu-sabu. Transformasi ini, perlu diwaspadai sebagai sebuah ancaman sosial dan keagamaan, dalam perubahan tatanan sosial masyarakat Aceh kontemporer.

Karena sebagai sebuah ancaman sosial dan keagamaan, maka diperlukan intervensi lembaga Negara untuk mereduksi penyebaran dan penggunaannya. Dalam kurun waktu 2010-2012 silam, kami banyak menghabiskan waktu di kawasan pesisir Aceh, dalam melakukan observasi gejala sosial masyarakat pesisir Aceh. Terutama pada institusi pendidikan dan perubahan struktur masyarakat. Dalam setiap interaksi sosial, terutama di Lhokseumawe, Aceh Utara, Bireun dan Pidie Jaya. Kami sering berhadapan, dengan “nara sumber” yang sedang atau pernah mengkonsumsi narkoba. Rata-rata usia mereka masih produktif.

Tranformasi dari ganja ke sabu, pada daerah-daerah tertentu di Aceh, sudah menjadi pola hidup. Perubahan pola hidup, terutama dikalangan pemuda yang radikal ini, berlawanan dengan pola hidup pemuda Aceh sebelum 1990-an. Saat itu, kehidupan sosial pemuda menjadi “pengawal” Desa. Sebaliknya saat ini, menjadi beban Desa dalam struktur sosial masyarakat Aceh.

Kehidupan sosial di Aceh, selalu memberikan inspirasi dan intropeksi bagi siapa saja yang menikmati “hawa” hidup di Aceh, dengan segudang fenomenan sosial.

Hasil observasi dan pengamatan saya, terutama kawasan Aceh pesisir. Akibat dari transformasi ganja ke sabu-sabu, dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama terjadinya transformasi gaya hidup (life style). Pemakai ganja, melakukan transformasi ke sabu-sabu, karena mendapat kenikmatan yang berbeda dengan narkoba sebelumnya. Terkesan ada peningkatan level pergaulan sosial dengan perubahan konsumsi narkoba.

Kedua, terjadinya pembiaran sosial. Bila ada pesta perkawinan dan khanduri sejenisnya dalam sebuah desa tertentu, terutama di Aceh pesisir. Dengan mudah kita temukan, para pemuda desa mengkonsumsi ganja. Sepertinya, menjadi konsensus bersama antara tuan pengelenggara pesta dengan pemuda desa untuk “melegalkan” konsumsi narkoba secara berjamaah. Karena peredaran dan produksi ganja mulai berkurang, maka pengguna melakukan transformasi ke sabu-sabu karena mudah didapatkan.

Ketiga, munculnya orang kaya baru. Dengan muncul orang kaya baru, karena berhasil menjadi penyalur sabu-sabu lintas nasional dan Internasional. Lalu pulang ke desanya, menjadi tokoh sebagai orang sukses, lalu menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya untuk melakukan transformasi penguna dan penyalur narkoba, dari ganja ke sabu-sabu, karena bisa cepat menjadi “orang sukses”.

Pembangunan Berbasis Desa

Transformasi pengguna narkoba dari ganja ke sabu-sabu di Aceh, seperti yang diwartakan Harian Serambi Indonesia, merupakan sebuah tamparan bagi pemerintah, ulama dan masyarakat Aceh secara umumnya.

Harus ada komitmen dan perhatian bersama, untuk memutus mata rantai  pengguna dan penyalur narkoba di Aceh. Selain hukum harus dijalankan yang setara. Juga harus ada sangsi sosial, yang harus diterapkan oleh setiap desa bagi pemuda-pemuda yang mengkonsumsi narkoba dalam area desanya.

Lebih dari itu, harus ada desain pembangunan Aceh berbasis desa. Bappeda dan pihak terkait lainnya, harus mampu melahirkan program pembangunan di Desa, yang dapat mereduksi penggunaan dan penyaluran narkoban.

Kita tidak bisa lagi berpodoman pada konsep Sosialisasi Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) di Aceh. Provinsi Aceh harus melompati konsep tersebut, untuk menyusun skenario jangka panjang yang integratif. Untuk menghapus mata rantai narkoba dengan pembangunan berbasis Desa.

Provinsi Aceh selalu berada pada rangking terbaik dalam bidang narkoba. Tahun 2013, Provinsi Aceh peringkat 2 terbesar jumlah pasien sakit jiwa akibat narkoba. Desember 2013, Provinsi Aceh urutan 8 peredaran narkoba. Hal ini, belum lagi temuan-temuan konsumsi narkoba pada institusi pendidikan. Sekolah dan kampus di Aceh belum steril dari pengunaan narkoba. Untuk itu, harus ada gagasan komprehensif, yang harus dilakukan Pemerintah Aceh, untuk mengeluarkan Aceh dari peringkat terbaik penggunaan dan peredaran narkoba di Indonesia.

Jaringan pengguna dan peredaran narkoba di Aceh, sudah menyasar ke semua kelompok masyarakat baik kalangan pemerintah, penegak hukum, pelajar, mahasiswa, santri, dan orang tua sekalipun. Makanya, solusi sementara yang harus dilakukan oleh Pemerintah adalah mendelekrasikan darurat narkoba pada desa, kecamatan atau kabupaten tertentu di Aceh. Terutama kawasan Aceh pesisir. Supaya Aceh tidak kehilangan terbaiknya, akibat narkoba.

Narkoba bukan saja merusa pribadi dan keluarga kita, tapi dapat merusak masa depan bangsa Aceh. Karena efek negatif berbagai narkoba, seperti ganja, kokain, sabu-sabu, morfin, heroin, ektasi akan menghilangkan satu generasi emas bagi Aceh. Akibatnya, rumah sakit jiwa penuh dengan pasien akibat narkoba. Dan semua kita akan rugi, terutama dari segi sosial, kesehatan dan keagamaan. (Mukhlisuddin Ilyas)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun