Seperti biasa, guru spiritual itu samar (sir) atau rahasia, kali ini seorang tukang sol sepatu. Tukang sol sepatu itu menyuruh Sang Imam dari kekhalifahan Abbasiyah yang luasnya dari Maroko (dan Andalusia) hingga India dan Afrika Selatan hingga daratan Anatolia agar membersihkan WC umum. Bayangkan saja WC umum itu bisa kencing ataupun berak bekas jengkol, pete, daging unta, alkohol, duren, dsb.
Semua itu dilakukan dalam rangka melatih kebersihan hati. Bukan kebersihan hati dari iri dan dengki tapi dari memikirkan hukum haid saat salat yang jadi sebab terlihat darah mengalir pada tubuhnya. Pikiran akademis yang dilakukan saat salat yang mungkin agar terilhami dari percakapan dengan Tuhan. Bukan mencari inspirasi dari WC sambil merokok atau ngoprek hp yang justru jelas-jelas tempatnya succubus (salah satu jenis setan ()).
Inilah kemudian mengapa banyak tarekat-tarekat dengan segala pendekatannya (selama tidak melanggar syariat) melakukan tirakat "aneh". Qadiriyyah dengan tahlil menggerakkan kepala, naqsabandi dengan menggerakkan lafal Allah di setiap denyut hati, Rifa'i dengan dzikir melolong disertai instrumen musik tertentu, Rumi dengan tari sufi. Kalau perlu Kita buat dzikir berlari, dzikir menanam pohon, dzikir membersihkan tempat umum, dll.
"Karena naik gunung lalu membicarakannya dengan Qur'an lebih baik daripada membaca Qur'an di masjid yang sekedar angan."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H