Mohon tunggu...
Mukhlis Syakir
Mukhlis Syakir Mohon Tunggu... Mahasiswa - Nyeruput dan Muntahin pikiran

Mahasiswa Pengangguran yang Gak Nganggur-nganggur amat

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Belajar Menolak Tua dengan Cara Elegan dari Yusril Ihza

19 Januari 2024   09:12 Diperbarui: 19 Januari 2024   09:35 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Namun, dari semua prasangka itu, Pak Yusril sendiri pernah bercerita bahwa beliau memang sudah terbiasa berpakaian casual semenjak SMA. Dulu pas beliau di pemerintahan Orde Baru mungkin Kita melihatnya pada acara-acara formal saja. Sehingga tidak tahu bagaimana default fashion beliau. Taunya ya beliau orang istana saja. Hal itu beliau jelaskan pada cuplikan berikut:


            Dari sini, Kita bisa mengambil pelajaran bahwa kalau ingin menolak tua dengan cara elegan:

Pertama, hendaknya dibiasakan bergaya trendi yang nyaman dan Kita sendiri nilai cocok dengan karakter, minat, dan kepribadian Kita sejak muda.

Kedua, kalaupun Kita punya jabatan di masyarakat baik itu ulama, ataupun jabatan publik lainnya. Memang Kita sadar ada norma berpakaian yang sudah menjadi pengetahuan umum harus disadari dan dipenuhi. Tapi jangan terus-terusan dibawa ke luar situasi-situasi yang menuntut berpakaian normatif. Sekedar memenuhi saja, toh di luar Kita punya identitas sebagai manusia biasa juga.

Ketiga, sekiranya zaman menuntut untuk mengikuti arus fashion agar bisa diterima oleh kondisi sosial baru. Ikuti tapi jangan malah kehilangan identitas. Atau mudahnya jangan maksain. Pintar-pintar memadukan keren zaman Kita muda, dengan standar keren yang baru. Biar gak keliatan kayak kakek-kakek baru beger.

Terakhir sekali mengenai kenapa penting memperhatikan tampilan. Dalam salah satu podcast di Total Politik kalau tak salah. Entah podcast yang bagian mana. Pak Yusril menjelaskan kenapa Soekarno bisa disegani bangsa luar dan dihormati rakyat jelata. Meskipun dari segi cara berpakaian agaknya rada luhur (gaya berpakaian orang-orang ningrat yang tidak menggambarkan kesamaan nasib dengan rakyat jelata).

Alasan eksternalnya karena Soekarno tak ingin Indonesia dianggap rendah meskipun baru merdeka karenanya Kita lihat dalam banyak foto Soekarno seperti seorang raja atau pemimpin-pemimpin besar kerajaan maupun militer. Dengan membawa-bawa tongkat dan gaya berpakaian yang agak militer dan jadi pusat perhatian orang lain.

Adapun alasan internalnya ialah memang terutama bagi masyarakat Jawa. Nalar kerajaan itu tak bisa dilepaskan. Dengan berpakaian "wah dan mewah" seperti itu. Soekarno terkesan seperti raja Jawa. Sehingga masyarakat pun bersimpati dan mengasosiasikannya sebagai Ratu Adil.

Inilah kemudian juga yang membuat Soekarno bisa lebih mendapat tempat pada ingatan-ingatan masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang daripada tokoh-tokoh kemerdekaan lain yang tak kalah hebatnya dengan beliau. Demikian Prof Yusril menjelaskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun