Tak terasa sudah sekitar lima tahun tidak lagi mengalami panas-panasan upacara hari senin. Itu artinya masa sekolah sudah terlewat satu masa jabatan presiden ataupun walikota. Beberapa dampak diantaranya ialah tidak mengenal hari Senin. Semua hari menjadi sama.
Hari Senin untuk anak sekolah memang selalu menjadi hari yang harap-harap cemas. Berharap untuk yang punya doi. Cemas untuk yang tidak suka upacara. Entah berapa persentase antara yang suka atau tidak suka upacara. Yang jelas sejauh ngobrol dan saya rasakan dengan teman tentu upacara agaknya memang bikin malas.
Selain upacara yang harus panas-panasan, hujan-hujanan, dan mematung tak bergerak (kecuali paduan suara dan petugas lain). Razia juga biasanya dilakukan di hari Senin. Setiap sekolah mungkin punya tradisinya masing-masing.
Pengalaman Saya sendiri biasanya pasca upacara kesiswaan selalu mengadakan khutbah kedua. Entah itu pengumuman aturan baru, mengingatkan, ataupun unjuk prestasi seminggu ke belakang.
Akan tetapi yang paling menggelisahkan dari dunia sekolah bagi saya ialah jadwal sekolah. Mungkin dulu hari Senin saja yang jadwalnya lebih ketat.
Tapi sekarang, kok setiap harisekolah itu kayak hari senin ya? Fikir saya. Dulu maksimal gerbang ditutup itu jam tujuh kecuali hari senin. Lah sekarang ternyata jam tujuh kurang.
Jika diingat-ingat, memang selama dua belas tahun sekolah waktu masuk sekolah itu selalu semakin pagi. Zaman SD sekitar 2006 -- 2012 maksimal masuk sekolah jam setengah delapan lebih sedikit. Tahun 2012 mulai berubah jam tujuh lima belas. Zaman SMA sekitar tahun 2015 jam tujuh sampai sekitar jam tujuh kurang sepuluh.
Dalam kasus saya dulu, memang setiap siswa hampir memiliki kesempatan sama untuk bisa sampai ke sekolah. Setidaknya waktu itu semua berangkat dari pondok pesantren.
Meskipun setiap pondok pesantren memiliki jadwalnya sendiri. Pun setiap kelas di pesantren memiliki jadwal selesai ngaji-nya masing-masing. Kalau yang tidak hoki, mungkin kebagian kelas mengaji yang keluarnya jam setengah tujuh.
Akan tetapi, untuk kondisi sekolah yang tidak berada di lingkungan pesantren sungguh sangat kasihan. Mereka berangkat dari tempat yang berbeda, tapi harus masuk dengan jadwal yang sama.