Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Negeri di Ujung Tanduk

16 September 2024   19:00 Diperbarui: 16 September 2024   19:05 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Pixabay 


Muklis Puna

Negeri  di  Ujung  tanduk..
Pengelola  negeri  dalam  sandera
Tunduk  merunduk, karena  tanduk mulai tumpul
Prostitusi diumbar  obral menggila

Gundik - gundik  politik  menjilat  kaki  tuannya
Gentayangan kesasar ke  di  ruang  -ruang  semu
Selingkuhan politik meggelitik hati  
Para penjilat lelap  dalam timbunan    rupiah
Pembantu  kerajaan terang-terangan ,
berang-berangan demi  mutiara tak bercangkang

Catut -mencatut  mendarrah daging pada penyemarak negeri
Marwah    negeri luntur tercampak di jalan demokrasi,
Media sosial bebas, telanjang tak terbatas

Di sini...
Sepertinya tuhan pergi  menjauh  dari negeri
Hukum tak tegak, lembaran beserak -serak, dipungut para penjilat
Kegaduhan sahut -menyahut sambut -menyambut menjadi satu

Pihak asing dilindungi  menguras  bumi pertiwi
Ibu pertiwi menangis, anak tiri  diberi fasilitas negara.
Anak kandung jadi kuli  mengisi pembangunan

Pendidikan bodong  terhoyong–hoyong,
Kurikulum dalam aplikasi, para pendidik   pusing
Waktu terkuras hanya untuk sebuah penilaian,
Angka  jadi  rebutan, nilai  selalu  terabaikan
Negeri gaduh, di ujung tanduk
Para pemimpin  disandera politik,
Rakyat mengeluh hingga berpeluh seluruh.

Baca juga: Surga di Ujung Jari

Lhokseumawe,     Septembe 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun