Kemarin...
Kujejali telapak ini
Pada lorong -lorong sunyi
Di antara  pohon-pohon  besi menyapa
Di sela -sela pengangguran berdasi
Kopiah dan peci penuh  harap
Kusapa satu dua di antara gerombolan suara
Mantera- mantera dibalut sesajen kepentingan
Penari politik dari ragam sosial berkelakar
Menjual kata bebas sebebas menebas
Bebas antrean minyak subsidi
Bebas berjejer menunggu tabung tiga kilo
Bebas bermalam mengarungi selat
Bebas beras asli karena ada yang plastik
Bebas diretas sosial media
Berjuta bebas diecer di depan suara parau
Kemarin...
Ada nyanyian mewah tentang kesejahteraan,
kesehatan, dan pendidikan
Kesejahteraan berbaju palsu
Kesehatan tak menyehatkan
Pendidikan tak mendidik
Hembusan  gratis membelai raga
Gratis tak sekolah
Gratis tak belajar
Gratis tak berseragam
Gratis makan siang
Dan  gratis tak berpendidikan  Â
Kemarin..
Kudengar ocehan ibu muda berseragam kumal
Di bawah baliho politik  melagukan kehidupan
Tentang rumah dalam kantong kresek
Tentang  hujan menjahit malam
Tentang matahari mengumbar panas
Tentang bulan  menginap di balik jembatan
Kemarin...
Penari politik menebar jaring
Menjerat suara di ujung lidah
Menebar aroma semu
Dalam peluk dan penuh harap
Lhokseumawe, Â Maret 2024
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H