Aku di antara  hujan merangas jasad
Bersuluh petir menapaki gelap
Sisa  rinai berjuntai di dahan kerontang.
Kueja lafaz takdir tersibak di awan Â
Guntur menjerit -jerit  memandu arah
Suara burung hantu menempel pada lumpur
Jasadku  terbakar percikan rembulan
Mata kaki rabun menatap jalan
Aku tertatih merwarnai garis nasib
Hujan mulai merangas segenap  jasad
Basah kuyup menutup ubun-ubun
Kulihat  cermin berteriak lantang Â
Jejak malam menelan bayang
Hujan merangas memanggut cinta
Bergemuruh menombak perut bumi
Gelap menggulita mengusir rembulan
Bintang genit bersiul dalam remang
Hujan merangas belahan dada
Beranda jiwa menggigil sepi
Para penyair menyulam langit
Biar hujan dikulum awan
Lhokseumawe, Â Maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H