Oleh: Mukhlis,S.Pd.,M.Pd.
Melihat  hasil sementara Pemilihan Umum (Pemilu) Tahun 2024 tentang konstentan  calon legislatif  yang didominasi  oleh  artis dan  tokoh komedian.Â
Sebenarnya dalam kancah politik nasional sejak  ditetapkan calon Dewan  Perwakilan Daerah  (DPD) yang  dipilih  secara langsung.  Provinsi Aceh  sudah menempatkan  diri  di  garda terdepan dalam  pencalonan  tokoh  komedi mewakili  masyarakat  Aceh  di tingkat nasional.
Adalah  Haji Sudirman,S.Pd .I atau  sering disebut  Haji  Uma yang  berhasil  meraup suara  terbanyak  pada  saat  pemilu  DPD pertama  kali  di  gelar Tahun 2014. Komedian asal Aceh ini berhasil melenggang ke senayan sebagai senator mewakil Aceh. Â
Tokoh komedi dari Aceh yang berperan sebagai sosok Tgk Haji  Uma dalam sinetron Aceh dengan Judul " Empang Breuh". (Karung Beras) pada tahap perrtama mencalonkan diri sebagai Dewan Perwakilan Daerah ( DPD Tahun 2014 meraih suara terbanyak yaitu 960.033 suara.
Lebih lanjut pada pemilu tahun 2024 tokoh kocak dalam sinetron yang digemari oleh seluruh lapisan masyarakat Aceh ini kembali maju sebagai Calon Anggota Dewan Perwakilan Daerah ( DPD) Periode 2024 s.d 2025..
Dalam pemilu kali ini sang tokoh komedian legendaris tersebut diprediksi kembali' terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah ( DPD) dengan jumlah suara terbanyak. Hal ini diketahui berdasarkan real qouunt yang dilakukan Komisi Pemilihan Umum( KPU) meraih suara sementara sekitar 471.590 suara.
Di Aceh, ini bukan masalah pertama terjadi. Fenomenal tokoh  komedian berhasil meraup suara terbanyak seperti yang dialami oleh tokoh Komeng dari tingkat nasional.
 Sistem marketing yang dilakukan oleh tokoh komedian dari Aceh ini termasuk paling unik, baik dari segi pakaian  pada foto di kertas suara maupun penggunaan baliho dan iklan sebagai media kampanye.Â
Lelaki yang berperan sebagai ( Ayah Yusniar) seorang gadis yang  cantik dan berkelas dalam sinetron Aceh yang dibuat sampai belasan episode. Tokoh tersebut menggunakan pakaian khas atau unik seperti yang digunakan  dalam film komedi tersebut.Â
Selanjutnya, pemeran tokoh Haji Uma ini tidak pernah membuat spanduk yang mewah atau.iklan sebagaimana calon anggota DPD lain, baik  di daerah maupun nasional. Pertanyaannya apakah tokoh ini tidak punya biaya? Sebagaima diketahui bahwa tokoh ini sudah dua periode menjadi anggota DPD yaitu Periode 2014- 2019.
Kemudian, tokoh ini juga tidak pernah memanfaatkan iklan yang ada di media sosial secara masif..Akan tetapi, hanya beberapa kegiatan sosial yang dilakukan terekspose media.Â
Namun yang menjadi kajian tulisan ini adalah mengapa tokoh komedian seperti Haji Uma di Aceh dan Komeng  pada tingkat nasional meraup suara terbanyak pada calon legislatif anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD)?
Kepercayaan Publik  terhadap Tokoh Politik mulai Pudar
Seingat penulis, Pemilihan Umum di Indonesia sudah berlangsung lebih dari setengah abad. Hal ini tak terkecuali untuk provinsi Aceh. Mulai dari Sistem pemilihan dilakukan oleh anggota DPR untuk pemilihan  para eksekutif ( presiden dan wakil sampai pada pemilu secara langsung seperti sekarang ini.Â
Selanjutnya, mulai dari dikuti oleh 3 partai politik sampai dengan  puluhan partai politik termasuk partai lokal yang ada di Aceh.
Mulai dari pemilihan anggota MPR / DPR sampai pada pemilihan DPD sebagai senator daerah di parlemen. Masyarakat selaku konstituen politik selalu dijadikan objek dalam mencapai tujuan.Â
Setelah tujuan yang diinginkan tercapai atau terpilih, maka objek yang menjadi alat tersebut dicampakkan  begitu saja.Â
Awalnya masyarakat mengganggap hal itu biasa saja, akan tetapi lama- kelamaan masyarakat mulai jenuh. Misalnya, Â ada banyak janji yang diberikan oleh tokoh dari partai politik yang ada di Aceh termasuk partai lokal sebagai partai penguasa.
Hal di atas tetap tidak berubah, mereka para pemenang tetap melenggang dengan aman tanpa menoleh ke belakang. Menurut mereka nanti lima tahun ke depan, kalau ada umur panjang Kita balik lagi dengan wajah baru dan hikayat baru.Â
Ketika harapan kandas setiap lima tahun, maka munculah tokoh- tokoh komedian yang lebih familiar dengan masyarakat.
 Seperti tokoh  Komedian Haji Uma yang ada di Aceh. Sosok Tgk Haji  Uma yang dikenal memiliki temparamem tinggi  (cepat marah) kemana -mana menggunakan baju kaus polos putih, pakai peci haji, sepeda ontel dan membawa sebilah parang.Â
Pada saat pencoblosan dimulai para pemilih lebih mengenal tokoh ini daripada tokoh lain yang cerdas dan pernah menduduki jabatan publik dalam waktu yang lama.Â
Sebenarnya tidak ada anggapan bahwa tokoh komedian sekelas Haji Uma akan mampu mengubah paradigma berpikir, namun karena rasa kecewa memuncak. Masyarakat melepaskan kekecewaan tersebut  dengan cara memilih tokoh komedian  untuk mewakilinya di parlemen.Â
Ketika terpilih pada periode pertama , tokoh komedian Haji Uma yang terkenal luas di negeri Serambi Mekkah tidak menyia -nyiakan kepercayaan masyarakat Aceh. Tokoh yang akrab disapa dengan " "Abu Si Yusniar " dalam Film Empang Breuh" langsung aksi dengan berbagai kegiatan sosial.
Aksi yang dilakukan langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat Aceh. Hasil dari aksi yang dilakukan itu telah memberikan manfaat yang luar biasa. Misalnya tokoh ini membatu memfasilitasi seluruh warga Aceh yang merantau baik dalam negeri maupun di luar negeri apabila mengalami musibah atau bermasalah dengan hukum..
Bukan hanya itu tokoh ini selalu mempunyai agenda yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat Aceh. Merujuk pada hal tersebut masyarakat Aceh memberikan kepercayaan ulang kepada tokoh komedian ini untuk melanjutkan tugasnya sebagai senator mewakil Aceh.Â
Kinerja Anggota DPD/ DPR yang Inkumben jadi Penentu
Zaman terus berputar, teknologi berkembang pesat dan  informasi  melaju begitu cepat. Transparansi informasi selalu melampaui zaman.Â
Hal ini menjadikan masyarakat  semakin paham akan perkembangan informasi. Janji- janji politik yang pernah diucapkan oleh para caleg pada saat melakukan kampanye , jejak digital itu tidak dapat berbohong.Â
Sekali Ia meluncur lewat jaringan yang mendunia, maka Ia akan melekat selamanya sebagai data informasi yang terdokumentasi dengan baik.Â
Kinerja anggota legislatif yang ada selama ini tidak berbanding terbalik dengan janji yang diucapkan pada saat melakukan kampanye. Â Kebanyakan dari mereka setelah terpilih langsung mengidap "Penyakit lupa". Janji -janji politik seperti digeltiik yang gelinya hanya sesaat.
Fenomenal ini tampak kasat mata,  cukup banyak anggota DPD dan DPR, baik nasional provinsi, dan kabupaten yang tidak konsisten dengan janji politik yang diungkapkan.
Kinerja mereka rata- rata  berada di bawah standar. Setelah mereka menjabat dan menjadi anggota DPD  dan DPR mereka hidup dalam keadaan hedon. Sifat hedonisme ini telah menjadikan mereka lari dari janji yang sudah diungkapkan.Â
Jika merujuk pada ulasan di atas, mereka yang Inkumben atau pertahana tidak mampu melanjutkan episode selanjutnya sebagai senator atau anggota dewan di senayan, provinsi dan kabupaten / kota.Â
Seandainya saja mereka anggota  dewan yang pertahana mau memanfaatkan kondisi dan masa menjabat sebagai batu loncatan untuk periode selanjutnya, maka mereka pasti bisa bertahan untuk beberapa periode ke depan.
Masyarakat Lebih Percaya pada Komedian dan Praktisi daripada  Tokoh PolitikÂ
Tokoh -tokoh baru yang bermunculan selama ini merupakan sebuah fenomena baru dalam dunia perpolitikan Indonesia. Mereka berasal dari berbagai profesi , mulai dari artis, komedian dan praktisi dari berbagai bidang.
Secara umum mereka  bukan merupakan tokoh yang telah dikaderisasi oleh partai politik. Untuk mencalonkan diri menjadi senator atau Perwakilan Daerah di senayan mereka memanfaatkan popularitas pribadi yang telah dirintis dalam waktu lama.
Selanjutnya, untuk mencalonkan diri menjadi anggota dewan perwakilan Daerah ( DPD)., mereka memanfaatkan sejumlah Kartu Tanda Penduduk ( KTP) sebagai bukti dukungan yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Komisi Pemilu Umum ( KPU)Â
Di tengah kehidupan masyarakat, mereka cukup familiar dengan profesi yang diemban selama ini, bukan sebagai tokoh politik yang mengobral pepesan kosong setiap lima tahun sekali.Â
Melalui popularitas yang dibangun dengan waktu lama dan berdarah -darah mereka tampil sebagai perwakilan rakyat pada calon legislatif yang di gelar pemerintah. Dengan pakaian khas dan penampilan unik yamg mereka miliki tanpa kamuflase, akhirnya para komedian dan profesi lain mendapatkan tiket dari masyarakat menuju senayan.Â
Simpulan
Merujuk pada uraian di atas, ternyata bukan hanya Komeng sebagai komedian yang berhasil maju melalui jalur Dewan Perwakilan Daerah ( DPD) , Akan tetapi pada tingkat daerah pun hal ini bermunculan. Hal ini dapat dilihat pada tokoh  H. Sudirman yang lebih dikenal dalam masyarakat Aceh H. Uma yang sudah tiga periode dengan pemilu tahun ini terpilih menjadi Anggota Dewan Perwakilan Daerah ( DPD).  Tokoh komedian ini selalu meraup suara tertinggi  dari calon legislatif lainnya di Provinsi Aceh.Â
Selanjutnya fenomenal ini telah memberikan sebuah  pelajaran baru dalam perpolitikan Indonesia hari ini. Terdapat korelasi yang  luar biasa antara profesi yang dimiliki oleh para calon legislatif terhadap tingkat keterpilihan dibandingkan dengan tokoh yang dikaderisasi oleh partai politik yang selama ini berlangsung.Â
Penulis  adalah  Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H