Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Membaca Perspektif Capres terhadap Guru, Dosen, dan Tenaga Kependidikan pada Debat Pamungkas

5 Februari 2024   21:03 Diperbarui: 9 Februari 2024   15:15 1030
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Program ini tentunya sebanding dengan kesejahteraan yang diterima guru, ketika mereka dinyatakan lulus dan berhak mendapatkan sertifikat untuk sertifikasi. 

Kemudian ada angin segar yang didapat oleh guru dan dosen dalam debat Capres yang berhubungan dengan pendidikan ini. Desas -desus yang terdengar bahwa,  apabila presiden ini yang menang , maka nasib sertifikasi akan begini. 

Melalui debat Capres tahap pamungkas ini masalah tersebut menjadi jelas bahwa, sertifikasi merupakan sesuatu yang dapat meningkatkan kesejahteraan guru dan dosen. Hal ini akan terus diperjuangkan oleh presiden terpilih. Akan tetapi, para guru dan dosen berharap agar program pelatihan guru dan dosen untuk mendapatkan sertifikasi perlu dilakukan peninjauan ulang,  baik dari segi syarat maupun teknis pelatihan yang dijalankan selama ini.

Beasiswa untuk Anak Guru dan Dosen 

Ketika Jepang luluh lantak dihantam Bom Atom pada Tanggal 6 dan 9 Agustus Tahun 1945 di Hiroshima dan Nagasaki,  hal pertama yang ditanyakan oleh Kaisar Jepang Hirohito adalah guru. " Coba kumpulkan berapa guru yang tersisa dibalik puing-pung kehancuran"  

Ilustrasi ini memberikan pesan bahwa, betapa bangsa Jepang menganggap guru sebagai sumber perubahan . Dengan guru yang tersisa dari puing -puing bom atom tersebut, Jepang bisa bangkit kembali semaju dan secanggih ini.

Pada tahun dan bulan yang sama Indonesia juga baru keluar dari penjajahan yang lama dari bamgsa Belanda. Akan tetapi,  tonggak pembangunan yamg dipancangkan pada persada ini sama dengan bangsa Jepang. Pertanyaannya mengapa Indonesia tidak bisa menyamai bangsa Jepang yang hari ini lebih maju dalam semua lini kehidupan manusia?

Perbandingan kemajuan pada ke dua bangsa di atas sangat tergantung pada kepedulian dan perhatian terhadap guru. Seharusnya dari kehancuran yang dialami Jepang, Indonesia bisa berubah dan mengadopsi sistem pendidikan yang menganggap guru sebagai inspirasi dan motivasi serta pondasi awal pembangunan negeri.

Sebagai bangsa besar dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara ( APBN) yang melimpah sudah sepantasnya Indonesia memperhatikan dan menciptakan kesejahteraan bagi guru dan keluarganya. Bangsa besar adalah bangsa yang mau berterima kasih kepada gurunya.

Selama ini,  jasa- jasa guru seperti abai di mata pemerintah. Sudah cukup banyak anak bangsa diajarkan oleh guru, sehingga bisa mengubah hidupnya. Sementara itu anak guru kadang untuk menyelesaikan studi S-1 saja masih terengah-engah. )

Oleh karena itu,  pada debat Capres kali ini yang mengusung tema pendidikan,  semua calon pemimpin masa depan sepakat untuk memberikan beasiswa untuk tenaga pendidik dan tenaga kependidikan serta dosen. Sadar atau tidak sadar " Mereka telah menjadikan dirinya lilin untuk memerangi orang lain"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun