Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Pemberontakan Jiwa

20 Januari 2024   19:33 Diperbarui: 21 Januari 2024   06:56 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber gambar: Pixabay 

Menyendiri  di  keramaian malam
Kulihat lampu teras  bertengkar dengan malam,
Sesekali dicumbu nyamuk - nyamuk nakal 
Langit  cerah, awan  kotak-kotak  hinggap di  udara
Bintang   mengolok-olok bulan
Menyindir   jiwa yang bersemayam dalam jasad

Ke pancuran Aku berlari
Ku basuh sebagian  jasad ini dengan  titisan surga
Aku bersimpuh di atas sajadah kusam

Empat windu sudah Aku mendiami jasadmu
Mana tanda terima kasihmu?
Kapan hakku Kau penuhi?
Mana ikrar yang Kau ucapakan
sejak kita  berada di laut lepas?
Waktumu hampir berlalu,
tapi tak satupun janji Kau penuhi

Empat windu sudah berlalu
Kau sibuk  dengan pujian
Kau sibuk dengan  lembaran setan
Kau sibuk dengan teori- teori yahudi
Kau sibuk  dengan pangkat dan jabatan

Padahal  Ia  tidak bisa melepaskan mu kelak
Dari panasnya hawa yang dihembuskan
Dari pertanyaan  yang  berlipat dan digandakan
Dari tembaga  yang dibakar  sampai  ke ubun-  ubun
Mulutmu kebal dan bebal membaca pesan dari- Nya

Kau…
Menyesal  Aku mendiami   jasadmu
Saat bumi meludahkan pasir,
Saat manusia berenang di telaga luas
Saat tempayan  bergoyang dahsyat
Aku  ingin pamit darimu

Tapi Aku bukan milikku
Aku milik-Nya

Sudahlah...
Ku bekap  jiwa  ini
Karena Kau sedang buta dan tuli


Lhokseumawe, Januari  2024

.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun