Saat cukup banyak gelar -gelar yang dipakai di depan dan belakang nama seseorang tidak sesuai antara bidang ilmu pada strata 1 , strata 2 dan strata 3. Hal ini tergantung pada tujuan akhir orang  yang melanjutkan studi.Â
Ada yang beranggapan bahwa gelar akademik yang melekat di  depan dan belakang nama adalah sebuah kehormatan. Linearitas dan tidaknya bukan sebuah penghalang. Apalagi pada tahun-tahun politik sekarang ini.
 Baliho-baliho bernyanyi tentang berbagai janji. Gelar-gelar menempel dengan berbagai disiplin ilmu yang dipadukan jauh dari linearitas.
Kadang-kadang pemilu tahun lalu masih bergelar strata 1,  tahun ini  sudah bergelar doktor  dan profesor.Tentunya ini bukan masalah sarjana dan doktoral yang tidak sehat tapi proses meraihnya mungkin tidak sehat.
Linearitas ini sangat berpengaruh pada orang-orang yang ingin melanjutkan studi lanjutan. Â Kadang diakibatkan oleh pihak lembaga tinggi atau universitas tidak membuka jurusan yang dibutuhkan..
Tentunya ini bukan sebuah kesengajaan, akan tetapi untuk membuka sebuah jurusan baru banyak hal yang jadi prioritas. Misalnya kurikulum, tenaga pengajar dan administrasi penunjang lainnya yang dibutuhkan. Selanjutnya, ada universitas atau kampus yang membuka jurusan tertentu. Setelah dipelajari ternyata di luar daerah dan tidak bisa dijangkau. Jika menggunakan biaya mandiri banyak yang mundur, namun jika mengurus beasiswa banyak hal yang jadi pertimbangan seperti  yang sudah disebutkan pada subtopik sebelumnya..
Simpulan:
TIngkat pendidikan masyarakat suatu negara akan dijadikan sebagai indikator kemajuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh suatu bangsa, maka semakin maju bangsa tersebut. Bagi pegawai pemerintah atau abdi negara  sebaiknya harus jeli dalam memilih jurusan ketika melanjutkan studi lanjutan.  Kepada pemerintah  sebaiknya memperhatikan dan mengkaji ulang tentang Izin  Belajar dan Tugas Belajar.Â
Penulis adalah Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi dan Guru SMA Negeri 1 LhokseumaweÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H