Â
Baju dekil bau asap pembangunan
Tertawa lebar mencandai awan menutup bulan
Rambut gimbal menguning  di panggang matahari
Mulut mungil mengusik padatnya kota,
Sambil terhuyung- huyung berbisik  padaku
"Hei Bung...! Siapa yang berputar bung? Â
Bumi atau matahari?
Jika benar sang surya menebar pelangi,
Kenapa sedetikpun tak pernah singgah di gubug
Jika benar bumi  ini berputar,
Kenapa Aku masih terus di kolong tak bertingkap
Apa yang harus kujawab kawan?
Bocah lusuh kekal derita telah meludahi negeri lewat getirnya hidup.
Aku mengamuk dalam lamunan,
Pengab menyerang ronggaku
Bulir bening menetes di tepian pelipis
Malam menelan bulan dalam sekejap
Bocah lusuh tak berdosa menarik tanganku
Bung...!
Mari ku antar ke istana megahku
'Jangan takut..bung!
Tiang penyangga kokoh dan padat
Aku  beruntung mendapatkan penyangga  beton tebal
Tak ada istana.semewah ini.bung!
Mungkin para sultan pun iri pada istanaku
Tapi...maaf  bung!
Istanaku tak bertingkap
Kalau panas menyengat jasad,
Biasanya kugantikan dengan semburan nafas
Jangan cemas silaunya mentari merasuk  kulitmu
Karena aku.telah mengusir matahari untuk selamanya
Â
Bung ...!
Aku tinggalkan sekejap bung!!
O,.ya bung.... !
Kalau hajatmu datang menyerang usus
Di beranda depan telah kusiapkanÂ
WC dalam kresek  berwarna  kelam
Nanti lemparkan saja mana suka!
Â
Lhoksemawe, Â Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H