Oleh: Mukhlis, S.Pd.,M.Pd.
"Waduh...! Ngeri sekali bahasa yang diucapkan. Oh... itu baru dengar bahasa anaknya, belum kata-kata yang ducapkan ibunya, lebih sadis dan mengenaskan".Â
Itulah sekelumit dialog yang lewat di kuping penulis pada suatu hari. Dialog tersebut memberikan sebuah inspirasi dan gagasan kepada penulis untuk menulis artikel yang mengulas tentang bahasa adalah sebuah representasi  kepribadian dan pikiran manusia.
Secara linguistik, setiap manusia tidak menurunkan bahasa kepada generasi berikutnya. Dengan kata lain, bahasa tidak dapat diwariskan kepada anak cucu kelak, akan tetapi yang dapat diwariskan adalah gen.Â
Bahasa dalam konteks tersebut hanya berfungsi sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada sesama. Sementara gen adalah sesuatu yang berhubungan dengan sifat, tabiat, dan karakter dan dialiri dalam darah manusia.Â
Gen ini mewarisi seluruh sifat dan karakteristik yamg dimiliki. Apabila karakter baik, maka baiklah bahasanya.
Sebenarnya tulisan ini lahir karena adanya sebuah fenomena kebahasaan yang berkembang begitu cepat pada media sosial.Â
Kebahasaan yang fenomenal tersebut berkaitan dengan bahasa atau diksi yang digunakan salah satu pasangan capres .Â
Dalami bahasa tertentu hal ini dianggap sangat kasar dan di luar kepantasan yang tidak selayaknya diucapkan oleh figur terbaik saat ini. Akan tetapi, bukan itu yamg menjadi ulasan dari bentangan tulisan ini.Â