Prioritas tulisan ini adalah ingin membuka tabir tentang fitur-fitur kebahasaan berhubungan dengan sikap kebahasaan, kepribadian dan perwujudan intelektual yang dimiliki oleh seseorang.
Merujuk pada konsep bahwa, bahasa adalah sebuah representasi pikiran, artinya apabila bahasa baik, maka mencerminkan bagaimana gaya berpikir seseorang.Â
Ada cerita karakter kepribadian yang bersembunyi di balik lambang- lambang bunyi yang diucapkan secara sistematis dan logis.Â
Kelancaran mengunakan bahasa dalam berbagai kegiatan memberikan sebuah cerita yang sedang berlangsung di balik bahasa yang diungkapkan.Â
Semua lambang kebahasaan yang digunakan adalah perwujudan dari pikiran . Hal ini menunjukkan bahwa bahasa adalah sebuah karakter pribadi yang disampaikan secara transparan kepada publik.
Sehebat apapun seseorang mencoba meraut bahasanya sehalus mungkin, baik dalam memunculkan sikap kebahasaan maupun melalui pengungkapan sesuatu. Dalam kondisi tertentu Dia akan kembali ke stelan pabrik (wujud aslinya).
Seperti momen- momen politik saat ini, banyak pengepul suara melakukan settingan saat menggunakan bahasa. Rata- rata mereka telah mengupdate cara berbahasa dan memilih diksi yang menyiksa jiwa pendengar. Namun, saat pendengar melakukan restart ulang, maka akan tampak wujud asli dari karakter yang dimiliki oleh para pengepul suara.
Bahasa adalah Perwujudan KepribadianÂ
Bahasa pada dasarnya adalah alat untuk mengungkap pikiran dan perasaan kepada orang di lain. Konsep ini sangat sederhana dan mudah dipahami oleh semua orang. Artinya, kata- kata yang digunakan dalam definisi ini bersifat populer. Akan tetapi, ketika mencoba untuk merunut ulang pada diksi "perasaan" akan memunculkan sebuah makna yang luar biasa.
Diksi "perasaan" adalah sebuah ungkapan yang keluar dari lubuk hati yang dalam. Konteks "Perasaan" berarti berhubungan dengan jiwa dan batin seseorang. Ada korelasi yang kuat antara perasaan dan hati yang dimiliki manusia. Dalam bahasa lain, perasaan adalah suatu kondisi yang bukan bersifat stagnan, akan tetapi diksi ini akan menyesuaikan diri dengan kondisi yamg dialami oleh pengguna bahasa.
Dalam kondisi tertentu, bahasa bisa di setting sesuai dengan kemauan dan kebutuhan pengguna. Alat ucap hanya berfungsi sebagai pipa- pipa yang mengairi bahasa dibalut dalam diksi dengan harapan memunculkan makna yang menarik.Â