Kabut sutera warna ungu terus membelenggu.
Bunga -bunga berguguran ditampar angin demokrasi
Di halaman sekolah nan rindang
Dekat perpustakaan yang kedinginan
Di antara pohon asam jawa menawar rasa
Di atas teratak batako, Â
Aku mengelus dada
melelehkan air mata pada tanah air
Anakku!
Ini zaman  apa?,
Peradaban digilas arus,
Apa yang bisa kuwariskan buat kalian?
Belajar mengeja petuah orang
Tentang putaran bumi dan matahari
Duduk mendengkur di pojok kelas
Menyimak jiwa berdendang tembang
Anakku!
Kami adalah angkatan  salah kaprah.
Korban sistem tak tertata
Isi perut jadi tujuan menggapai harap
Rupiah kami sulap untuk sesaat
Melacur pada ide dan kesombongan
Besar pasak dari tiang
Anakku!
Kami meraba di pagi buta
Mengarsir matahari
Padahal kami baru tertatih menghafal konsep
Kami lumpuh menata masa depan
Hingga tak mampu mengantarmu meramu hidup
Anakku!
Salah kami berlipat empat
Menjual  dongeng pengantar tidur
Sampai kalian berhimpitan mencari mimpi
Anakku!
Kami terlalu pongah dan menggurui
Karena kami tidak menguasai ilmu
untuk membaca  masa lalu dan kini
Anakku!
Bangsa ini dihantam  gelombang  edan.
Cita - cita terlalu kaku
Kebijakan tidak baku dan berliku
kadang batu bersorak lantang mengubah haluan
Anakku!
Tetapi aku keras bertahan, Â
di negeri tak bertuan
mendekap akal merangkul  jiwa
Karena logika sesat mencari mangsa
biarpun tercampak di selokan demokrasi
Anakku!
Pendidikan negeri ini  seperti dadu
terperangkap di meja judi menjadi taruhan,
yang diundi berbagai kepentingan
Sabu- sabu menyerbu dari segala penjuru
Akhlak  digadaikan.
Kampung- kampung didera narkoba
Gubug- gubug digusur
Tanah gembur ditumbuhi gedung