Ada matahari membusur di antara bentangan kisah,
Menyeruak bersorak cerita.
Derita berdiri berhinpitan pada sempitnya waktu.
Batu -batu mengantung di perut mengusir lapar dan dahaga
Adalah para babu memperkosa tuan di balik renyahnya malam
Di sana di kota kota, pembangunan peradaban semakin gila,
Menyeret bocah- bocah lugu dan perempuan pemikul beban
Toko- toko ditanam di atas gemburnya tanah,
gundik- gundik menari di bawah temaram
mencubui waktu hibah dari peradaban masa.
Zaman semakin edan, orang -orang memuja dunia.
Suara- suara berlarian dalam genggaman
merayu siapa saja lalu berselingkuh dalam cerita,
Bocah -bocah berselancar dalam kotak semu
Agama digusur dari kalbu, logika bagai tuhan menari dalam jiwa
Dunia semakin kecil waktu dilipat dalam jarak
Kasih sayang hanya bayangan,
Moral tinggal bersimpuh dalam naskah
Hukum rimba ditarik ke kota memenggal siapa saja,
Kejujuran bagai hujan bulan Juli
Peradaban tak beradab meyekap setiap jiwa
Membunuh segala budaya melintang
Menghadang setiap teronpah mencari arah
Bersekutu mantra dan sesajen teknologi dan logika
Â