Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kepada Mantan Pacar

25 November 2023   19:00 Diperbarui: 25 November 2023   19:15 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay 

Ketika bulan menuju sabit,  kita bertemu dalam rasa
Kau duduk menyamping di bawah pohon pisang kesepian,  dan bersandar pada angan
Wajah kita sama  warna,  karena  kosmetik tak terbeli
Ekonomi negeri terjepit oleh resesi,  
uang rakyat dirampok dalam konspirasi

Ku Susun barisan sajak menawarkan kesah,
Wajahku tak rata,  penuh kotak-kotak,  
Rambut kering menguning keriting
Tulang pipi melambai dalam kukusan matahari
Kita hanya makan nasi  tak berlauk,  karena kita bebas berhalusinasi

Kau jumput nasi kering dari piring warna kusam,
Khayalan digiring ke menu restoran mewah
Karena dalam nyata hanya mengecap di udara
Waktu itu sosialita masih menggulita,
Adalah hidup seperti pohon di rimba raya
Berlomba memburu matahari kehidupan,  
sehingga tubuh kita bagai toge di kegelapan

Tatapan kita kosong
Baju kita banyak bolongnya
Tak ada yang menyokong
Angin negeri sedang tak berhaluan
Negara seperti dalam pewayangan
Mengayuh hidup diantara badai dan hujan
Hujan air mata   muntah di antara kelopak

Orang kampung diserang kecemasan
Serdadu memanggul laras panjang
Diam membeku di bahu
Ketika marah meletup -letup,  
satu kampung dicumbu kematian

Kehidupan tergantung pada nyanyian pelatuk
Burung burung kondor terbang di pulau seberang
Mematuk bangkai negeri di hamparan derita
Kita hanya bisa bertatap kapan kita disasar

Untung harapan membelam rasa
Pertahanan semakin kuat,  
Bagai perahu digilir gelombang pulang ke pantai

Lhokseumawe,  25 November 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun