Â
 Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.PdKetika langit menyapih bumi dalam rentang tak berbilang,
Aku meradang dalam kerinduan
Sorotannya meredup menyiratkan kepiluan dalam rongga berlapis
Bibir tak dapat kukatupkan akibat ludah mengering di pangkal lidah
kucuri pandangan saat lelap dalam dekapan malam
Hamparan buram berlarian kalang - kabut ketika rindu mau ku tumpahkan
Aku terlalu sibuk mengurut aksara patah dalam angan sampai kau terlupakan
Senja itu, Â Kau pulang dalam kepayahan
Jasadmu  goyang matamu mengawang ke angksa
jalan tergesa -gesa  pijakanmu terguncang Â
rupanya  penyakit lama kambuh tumbuh  dam jasad
kupapah kisah dalam angan yang merindu
kulepas kecurigaan yang berkarat dalam dada
ternyata jiwamu tak pernah menerobos batas sakral Â
biasanya kuselipkan kecemburuankan pada tatapan mata binalÂ
ketika kau berlenggang
Maafkan aku  kasih...!
Aku  tersesat dalam hutan asamaramu
Ilalang panjang  mengerat  jalan Â
Sehingga cintamu tertimbun di ubun- ubun
 Â
Lhokseumawe, November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H