Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd
Jasad  ini lusuh dan kuyup
Ada resah gelisah mengendap di dada
Semenjak dari hiu menatap rembulan
Ada janji yang belum sempat ditunaikan
Merayap dengan kepala di atas lembah dan noda
Dari timur matahari terus mendaki nasib
Telah melewati pohon- pohon kematian
Aroma  bunga tujuh rupa menusuk jiwa
Menampar dari segala arah , lalu kabur
dibawa udara yang terbakar
Bintang -bintang mulai dibalut kabut
Burung - burung pembawa tanda
Bersorak dari pucuk ke pucuk
Ada mata menguap bandang
Ada wajah  dibakar matahari
Jasad  lusuh, jiwa mengharu biru
Duduk berpangku nasib dalam buaian
Melihat cermin memantul kisah
Merenda hari penuh sesal
Batang usia semakin tinggi
Dipeluk angin barat pulang ke sarang
Desas- desus berkembang dalam jiwa
Hidup sudah diambang batas
Lhokseumawe, Â November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H