Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pengemis dan Bulan Tiga Warna

7 November 2023   09:53 Diperbarui: 8 November 2023   07:03 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Pixabay 

 Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
 
Nyanyian matahari pagi
Dan malam pun pamit pada bintang
Bocah kumal bangkit dari lelapnya malam
Menggusur gubug dalam kresek


Bertelanjang kaki menuju bulan tiga warna
Ususnya bersiul mendendangkan lapar dahaga


Nyanyian matahari pagi
Lembaran cahaya mematri kulit  warna manggis
Bergerombolan bersandar pada pohon besi
Merebah pada lantai  nan cadas,
Menatap para pejuang kaku pada lembaran lusuh


Nasi basi sisa semalam  menyasar lambung
Sirene meraung mengusir riuhnya Ibukota
Tangan -tangan tirani melambai dibalik tingkap
Bocah kumal menepi dalam pilu
Pagi itu matahari mendendangkan duka


Dengan gagah merangkak menuju siang
Sesekali  awan menjadi tirai pelindung bocah
Gerombolan melaju di antara luka
Raungan sirene  menempel pada angin


Bocah dekil tanpa sekolah menuju bulan tiga warna
Pada warna merah jambu ia mengiba
Pada warna hijau Ia menghardik
Pada warna kuning digantungkan harapan

Nyanyian matahari pagi pada persimpangan cita
Dengan mantera kedaluarsa bocah dekil merenda hidup
Sepasang napas menyatu dengan ibukota


Lhokseumawe, November 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun