Mohon tunggu...
Mukhlis
Mukhlis Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bocah Nakal Mengambang dalam Bayang

7 November 2023   08:10 Diperbarui: 7 Desember 2023   20:59 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
 


Pucuk pinus terkulai di ujung dahan
Gelombang  pasang gemulai memeluk pantai
Desiran  angin  menerpa ranting- ranting negeri
Pasir  di pantai  nampak lesu digusur rindu


Pagi ini, wajah wajah lesu melepas kehangatan
Pondok rapuh atap rumbia meratap kisah
Tiang.penyangga  tak kuasa menopang rindu
Puluhan embrio negeri meratap pada asa


Hai .... Bocah nakal!
Tiga tahun lalu, kalian tergopoh-gopoh menyapa
Tangan lunak, mengapit harapan dalam map  lusuh
Wajah  nan lucu menggemaskan
Jemari.mungil gemetar saat namamu  kau tabalkan pada kertas kotak kotak

Hai bocah polos!
Saat ujung kaki mu mencium halaman sekolah
Kalian  paling sulit digugu, belagu setiap waktu
Tangan nakalmu merobek aturan yang terpasak di beranda kelas

Ah bocah... terlalu.kau.bocah!
Saban  hari, kalian.ngorok pada  kursi lapuk di taman bacaan
Satu dua petuah dariku Kau bantah beribu alasan
Semua guru telah kalian ganti namanya sesuai selera


Hai ...bocah nakal!
Bumi terus mengekor pada   matahari
Tanpa sadar kalian dewasa dan cerdas
Pagi ini bola matamu menggatungkan bulir- bulir kesedihan
Tatapanmu menghentikan debaran jantung
Senyummu mengekal luka
Candamu menghetikan aliran darah
Nakalmu membekas kebahagian


Hai bocah nakal!
Katupkan bola matamu
Katupkan bibir mungilmu
Jauhi tatapan.warna hitam putih
Merunduklah dalam kenangan


Biarkan dada kami tidak melebar menahan  duka
Biarkan terggorokan kami  mengalun tenang
Biarkan ludah kami tidak bersarang di pangkal lidah
Berikan kami ruang.untuk berbenah


Hai bocah kemayu!
Pagi ini telah  waktu menutup kisah
Pantai ini membisu dalam deburan
Kita tak lagi  berlenggang.bersama pada ruang -ruang kusam
Hukum alam selalu jadi pemenang dalam hidup


Hai bocah nakal!
Coba kau arungi  lautan airmata yang mengambang  
Berenanglah dalam  kolam air matanya
Bunggkukan tulang belakangmu!
Biar kepala menyentuh lututnya
Mohon ampun atas khilafmu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun