Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd.
Â
Pucuk pinus terkulai di ujung dahan
Gelombang  pasang gemulai memeluk pantai
Desiran angin menerpa ranting- ranting negeri
Pasir  di pantai  nampak lesu digusur rindu
Pagi ini, wajah wajah lesu melepas kehangatan
Pondok rapuh atap rumbia meratap kisah
Tiang.penyangga  tak kuasa menopang rindu
Puluhan embrio negeri meratap pada asa
Hai .... Bocah nakal!
Tiga tahun lalu, kalian tergopoh-gopoh menyapa
Tangan lunak, mengapit harapan dalam map  lusuh
Wajah  nan lucu menggemaskan
Jemari.mungil gemetar saat namamu  kau tabalkan pada kertas kotak kotak
Hai bocah polos!
Saat ujung kaki mu mencium halaman sekolah
Kalian  paling sulit digugu, belagu setiap waktu
Tangan nakalmu merobek aturan yang terpasak di beranda kelas
Ah bocah... terlalu.kau.bocah!
Saban  hari, kalian.ngorok pada  kursi lapuk di taman bacaan
Satu dua petuah dariku Kau bantah beribu alasan
Semua guru telah kalian ganti namanya sesuai selera
Hai ...bocah nakal!
Bumi terus mengekor pada  matahari
Tanpa sadar kalian dewasa dan cerdas
Pagi ini bola matamu menggatungkan bulir- bulir kesedihan
Tatapanmu menghentikan debaran jantung
Senyummu mengekal luka
Candamu menghetikan aliran darah
Nakalmu membekas kebahagian
Hai bocah nakal!
Katupkan bola matamu
Katupkan bibir mungilmu
Jauhi tatapan.warna hitam putih
Merunduklah dalam kenangan
Biarkan dada kami tidak melebar menahan  duka
Biarkan terggorokan kami  mengalun tenang
Biarkan ludah kami tidak bersarang di pangkal lidah
Berikan kami ruang.untuk berbenah
Hai bocah kemayu!
Pagi ini telah  waktu menutup kisah
Pantai ini membisu dalam deburan
Kita tak lagi  berlenggang.bersama pada ruang -ruang kusam
Hukum alam selalu jadi pemenang dalam hidup
Hai bocah nakal!
Coba kau arungi  lautan airmata yang mengambang Â
Berenanglah dalam  kolam air matanya
Bunggkukan tulang belakangmu!
Biar kepala menyentuh lututnya
Mohon ampun atas khilafmu!