Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd
Bocah lara sebatang diri  mengusung hidup
Ayahnya dijemput peluru Israel bakda Jumat
Di teras rumah Allah Ia merebah
Nyawa melayang menumpang kereta malaikat
Lima almanak Ia lewati dalam lara
Adalah  semang diundang menuju syurga
Bersama  sepuhnya  merajut resah Â
Gubug reot  di Nablus kini  hancur Â
dibombardir musuh -musuh Allah
Di  atas puing-puing suci Â
Telah tumbuh villa mewah milik Yahudi Â
Â
Satu dua kawan seiman diburu peluru
Merenggang nyawa di tanah lapang diamuk meriam  dan mesiu Â
Pagi itu di hulu Subuh,
Setelah  mengaji bersama kakeknya
Ia bergegas keluar dari kepompong suci
Bergerilya mencari sisa embun  di pucuk- pucuk  anggur Â
Â
Matahari menggulir pagi
Lelaki tua menitip petuah
"Pasanglah seluruh inderamu!
Janganlah lengah!
Janganlah kau tumpahkan darahmu sia-sia pagi ini!
Sebab di bumi seribu Nabi
Kau bisa  mengundi nasib di jalan mulia,
menumpah  darah syahidmu
Hari Pun  lengkap malam Â
Ia berburu surga bersama ketapel lusuh
Peluruh musuh menumbuk dadanya
Dalam rentetan panjang,
Bidadari langit mengusung kesturi menuju langit
Kafir keparat mendadak kalap
Bola mata disentil batu dari neraka
Lhokseumawe, 31 November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H