Oleh: Mukhlis, S.P d., M.Pd.
Seribu satu kisah tertulis pada pelangi
Jadi saksi saat senja mengulum malam
dalam pusara takdir kalian merayap dalam pemburuan serakah
Riuhnya sepatu serdadu menelan sepi nya malam
Derap langkah menyusur lorong menebar kematian
Ujung bayonet menggasak sudut -sudut kota
Bocah -bocah polos keasikan main petak umpet,
Riang gembira dalam aroma darah
Menghirup polusi asap dari mesin perang yang memanjang
Pekikan burung kondor meraung menjaring nyawa
Malam menggenggam dan  mencuri bayang
Bocah mungil menggigil di sudut kota
Selimut setengah tiang menutup jasad
Pemilik topi menunggang negeri dengan tirani
Proyek maut digelar di hamparan negeri
Negeri  suci disembelih lewat politik genosida
Yahudi menari di atas derita para syuhada
Malaikat kecil  mengusir penjajah dengan ketapel lusuh
Wahai penguasa negeri pemilik burung kondor
Apakah tangisan bayi, wanita  suci, mesjid diludahi peluru, itu hiburan  penutup?
Atau raungan besi maut di atas negeri kami adalah musik jaz penghantar tidurmu?
Atau mungkin mata mu selalu dimanjakan dengan reruntuhan bangunan
Atau hobi mu  melihat keranda mayat diarak menuju kubur
Lhokseumawe, November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H