Mohon tunggu...
Muklis Puna
Muklis Puna Mohon Tunggu... Guru - Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Penulis Buku: Teknik Penulisan Puisi, Teori, Aplikasi dan Pendekatan , Sastra, Pendidikan dan Budaya dalam Esai, Antologi Puisi: Lukisan Retak, Kupinjam Resahmu, dan Kutitip Rinridu Lewat Angin. Pemimpin Redaksi Jurnal Aceh Edukasi IGI Wilayah Aceh dan Owner Sastrapuna.Com . Saat ini Bertugas sebagai Guru SMA Negeri 1 Lhokseumawe

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Seribu Satu Kisah Palestina

4 November 2023   15:25 Diperbarui: 4 November 2023   15:37 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Oleh: Mukhlis, S.P d., M.Pd.


Seribu satu kisah tertulis pada pelangi
Jadi saksi saat senja mengulum malam
dalam pusara takdir kalian merayap dalam pemburuan serakah
Riuhnya sepatu serdadu menelan sepi nya malam

Derap langkah menyusur lorong menebar kematian
Ujung bayonet menggasak sudut -sudut kota
Bocah -bocah polos keasikan main petak umpet,
Riang gembira dalam aroma darah


Menghirup polusi asap dari mesin perang yang memanjang
Pekikan burung kondor meraung menjaring nyawa
Malam menggenggam dan  mencuri bayang
Bocah mungil menggigil di sudut kota

Baca juga: Ketika Lampuuk Diam


Selimut setengah tiang menutup jasad
Pemilik topi menunggang negeri dengan tirani
Proyek maut digelar di hamparan negeri
Negeri  suci disembelih lewat politik genosida


Yahudi menari di atas derita para syuhada
Malaikat kecil  mengusir penjajah dengan ketapel lusuh
Wahai penguasa negeri pemilik burung kondor


Apakah tangisan bayi, wanita  suci, mesjid diludahi peluru, itu hiburan  penutup?
Atau raungan besi maut di atas negeri kami adalah musik jaz penghantar tidurmu?


Atau mungkin mata mu selalu dimanjakan dengan reruntuhan bangunan
Atau hobi mu  melihat keranda mayat diarak menuju kubur

Lhokseumawe, November 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun