Oleh: Mukhlis, S.Pd., M.Pd
Separuh jiwa tertatih mengapit bulan
Ku hanya mampu mengusap percikan buliran kristal di bawah bulan sabit,
Lalu menetes lewat batang rambut yang menua
Lelapmu pulas dalam pangkuan kasih
Sebelum malam menjemputmu mengejar pagi, banyak keluh yang kau kisahkan
Jiwamu bagai baja dicumbu  jilatan api
Wajahmu polos dalam kepulasan,
Lembut merona ketabahan dalam ketegaran
Kupilinkan satu dua poni berjuntai pada wajah lelah menahan duka
Ku manjakan bola berbinar hitam putih pada bidadari titipan Tuhan
Puluhan almanak berganti pada dinding cinta berbalut rindu
Ketika kau kisahkan derita menikam raga
Aku terhuyung kerasukan cinta mengaburkan pandangan
Di atas tilam kusam ku tanamkan sebagian rasa kelu,
selebihnya ku sulam pada kegetiran bibirku
Perlahan malam mengeja detik menjadi menit
Aku masih memapah cinta pada bidadari separuh jiwa
Wahai separuh jiwa..!
Tuhan  tidak sedang bermain lotre
Di balik batu cadas menghadang jalan
Dia menyimpan permata bermata intan
Wahai separuh jiwa..!
Bersabarlah dalam duka
Aku akan menyaru dalam napasmu menahan sakit
Mari kita pikul beban ini sampai maut menjemput
Karena jaring sakral telah menjala kita dalam gubug cinta beratap rindu
Bertahanlah wahai separuh jiwaku..
Lhokseumawe, November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H