Mohon tunggu...
Mukhlis Hasan
Mukhlis Hasan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

mukhlishasan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Tanggapan Terhadap Artikel Dean, "Anis Matta: Penihilan Sejarah Islam…"

1 Februari 2014   00:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:16 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika membaca artikel Dean yang mengaku sebagai penikmat bacaan sejarah di kompasiana tgl 29 kemarin, membuat saya sempat tersenyum-senyum sendiri. Seketika teman piket malam saya waktu itu, tertarik mencari tahu dan mengambil gadget yang ada di tangan saya. Ia juga ikut membaca artikel dean tersebut. Seusai membacanya, teman saya itu angkat bicara. Artikelnya bagus namun ada rasa kerancuan setelah membacanya. Ungkap teman saya. Kemudian kami berdua asyik menganalisa tulisan dean ini sampai pagi. Maklum, sebagai security (satpam), kami sudah terbiasa begadang sampai pagi.
Yah, saya hanya seorang security dan bukan ahli sejarah. Namun tak ada salahnya saya menanggapi artikel dean ini sesuai sudut pandang seorang security yang tentu sangat sederhana dan sempit. Toh, Anis matta saja yang menurut saya adalah sosok yang memiliki wawasan luas tentang sejarah islam dunia begitupun sejarah islam indonesia, masih disebut sebagai orang yang kurang ilmu. apatah lagi saya? Tapi tak apalah itu kan pendapat dian.
Dalam artikelnya, dean menilai bahwa Anis Matta alpa memasukan nafas Islam pada analisis sejarahnya. Menurutnya, tulisan dan orasi AM menunjukan kebingungan identitas dengan menihilkan peran cendikiawan Islam dan kaum santri dalam sejarah
pembentukan Indonesia. Sebuah analisa yang terlalu menggebu-gebu menurut saya. Ketika AM menyampaikan pidato tiga gelombang kebangkitan ini di makassar beberapa waktu lalu, saya sempat hadir dan menyimaknya secara seksama. Pada saat itu AM menjelaskan bahwa Gel pertama adalah perubahan cara berpikir pendiri bangsa, Suku dan kerajaan tidak hanya untuk menghadapi imperialisme. Tapi Pada Gel 1 ini mereka yg terlibat sebagai pelaku sejarah "memutuskan" utk menjadi bangsa yg satu. Mengatasi ikatan primordialisme dan ikatan sempit lainnya. Jadi sangat jelas kenapa anis matta tidak mengupas secara rinci peran cendekiawan islam dan kaum santri. Bukan karena AM ingin menihilkan itu, sebab yang ingin digaris bawahi AM sebagai pesan moralnya adalah 'momentum dan ruh' dari kebangkitan itu sendiri bukan para pelakunya. Di sisi lain Bung anis sangat memahami bahwa indonesia bangkit dan berdiri hingga saat ini bukanlah karena air mata dan darah satu kelompok tertentu saja. Tak ada yg dinihilkan oleh AM seperti tudingan dean di artikelnya. Sebab apresiasi AM terhadap peran tokoh2 islam dan kaum santri terhadap kebangkitan indonesia tidak sekali dua kali diungkapkan oleh AM termasuk pada saat safari ke pondok2 pesantren yang ada di nusantara. Nampak jelas kegagalan dean ketika berusaha memahami narasi gelombang kebangkitannya bung Anis.
Sebenarnya metode atau cara dean menganalisa narasi AM, terlalu melebar dan keluar dari substansi. Gambaran ini nampak ketika dian mengatakan bahwa "hukum dan sentralitas tokoh dalam diri Rasulullah SAW menjadikan Islam berfungsi sebagai perekat
Nusantara sehingga semestinya layak untuk menjadi gelombang pertama tahapan sejarah kebangsaan". Ini maksudnya apa? Narasi kebangkitan AM itu membahas tentang momentum kebangkitan bangsa dan essensinya, Bukan membahas sejarah daulah islam atau sejarah penyebaran islam?. Analisa dean sebagai penikmat bacaan sejarah ini terlalu mengada-ngada dan memaksakan nalarnya.
Kerancuan dean selanjutnya adalah ketika ia mengatakan, "proses persentuha pendidikan barat dengan pendidikan Islam pada kaum cendikiawan Islam di awal abad ke-20 mengambil peran lebih penting. Perubahan karakter cendikiawan musli di awal abad 20-an tidak semestinya terlewat untuk dihitung sebagai gelombang sejarah berikutnya". Lagi-lagi dean menunjukakan kegagalannya ketika memaknai narasi AM. Cocoknya dean ini menganalisa cerpen, puisi atau tulisan kesusastraan lainnya. Ulasan AM pada gelombang kedua sebenarnya menitik beratkan pada upaya bangsa ini dalam pencarian sistem ekonomi politik yang senafas dengan struktur budaya sosial rakyat Indonesia. Begitupun dengan keseimbangan demokrasi dan pembangunan, kebebasan dengan kesejahteraan, serta otonomi
daerah dan integritas nasional. Kemudian kemunculan reformasi yañg menggugat kesadaran baru akan relasi agama dan negara, demokrasi dan pembangunan, serta hubungan pusat dan daerah. Jadi sangat jelas, Korelasinya dengan perubahan karakter cendekiawan muslim di abad 20 yang dikait2kan oleh dean kesannya terlalu memaksakan hipotesanya agar masuk ke dalam kerangka narasi orang lain.
Sebenarnya akan lebih bijak apabila dean menciptakan konsep kebangkitan bangsa berdasarkan sudut pandangnya sendiri. Kemudian mensosialisasikannya ke kampus-kampus, lembaga2 dan ormas2 yg ada. Sebab jujur, analisanya terhadap konsep pemikiran AM gagal pemaknaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun