Begitulah menurut Profesor Arisiyo Santos, seorang ilmuwan asal Brazil. Ini adalah kesimpulan setelah meneliti selama 30 tahun. Sebuah waktu yang tidak sebentar hingga memunculkan kata akhir ini. Sebenarnya saya sendiri belum terlalu tertarik dengan bahasan Atlantis ini. Maklum, selama ini kesannya hanya dalam tataran teori, serta mengarah kepada sesuatu yang fiksi. Apalagi banyak yang membahas atlantis terlalu erat dengan simbol-simbol yang agak sulit dicerna dinalar dengan akal terbatas ini.
Tetapi setelah seorang saudara yang saya tahu cukup mumpuni dalam bidang pengetahuan dan strategi sedang membaca buku tulisan Pak Santos tersebut serta mengajak diskusi, saya jadi tertarik. Pasalnya, dengan beberapa dugaan kuat, kaitan Atlantis dengan Indonesia yang menurut Pak Santos ini semua 53 ciri-cirinya terpenuhi, kemungkinan besar adalah erat juga dengan peristiwa banjir besar yang terjadi pada masa kenabian Nabi Nuh Alaihis Salaam.
Mengapa sampai kepada dugaan itu ? Apa yang bisa mengarahkan ke sana ?
Pak Santos sendiri dalam bukunya memang tidak menyebutkan kaitan Nabi Nuh dengan Atlantis maupun Indonesia. Bahkan ybs nyaris tidak menyinggung Nuh sama sekali. Apalagi yang dibahas dalam buku tersebut lebih banyak merujuk kepada mitologi Yunani, Romawi, Inca Maya Aztec, serta mengkaji dari literatur kitab suci agama Hindu. Adapun kitab Injil, dan rujukan Yahudi berupa Talmud hanya dibahas sedikit, tetapi tidak membahas sama sekali dari Quran.
Kembali ke Quran, yang memang ada beberapa kali membahas tentang peristiwa Nabi Nuh ini, memang tidak disebutkan penyebab mengapa air bisa naik, banjir plus hujan yang bahkan saking tingginya hingga menyebabkan gunung-gunungpun tersapu air dan tidak bisa dijadikan tempat untuk berlindung.
Melalui pemaparan Pak Santos, disebutkan bahwa peristiwa tenggelamnya benua Atlantis berlangsung sekitar 11600 tahun yang lalu. Peristiwa ini selain menyebabkan Atlantis lenyap, juga membinasakan sekitar 20 juta penduduknya yang saat itu sudah dalam kebudayaan yang modern. Adapun untuk penduduk yang masih bisa selamat, menyelamatkan diri menggunakan perahu. Peristiwa migrasi dengan perahu ini juga digambarkan dalam simbol-simbol suku Mesir kuno, Inca Maya Aztec dan beberapa tradisi kuno.
Karena besarnya peristiwa ini, zaman es pleistosen yang saat itu terjadi selama beberapa ribu tahun menjadi berakhir. Es yang selama itu melingkupi mayoritas permukaan bumi mencair karena tertutup abu. Abu hasil letusan pilar Herkules yang setelah diteliti lebih lanjut secara literal, khususnya karya Plato, menurut Pak Santos adalah gunung Krakatau purba. Adapun pilar Herkules yang lainnya adalah gunung Dempo.
Dahsyatnya letusan Krakatau ini memutuskan pulau Jawa dan Sumatera, menyemburka air yang berada di dekatnya ke angkasa sehingga menimbulkan hujan besar dan badai, menimbulkan tsunami, mencairkan es, dan menaikkan permukaan air laut hingga 200-an meter. Akibat langsungnya Atlantis tenggelam sekitar 150 – 200 meter.
Jika dalam quran, peristiwa nabi Nuh ini disebutkan sebagai ayat atau pertanda untuk semesta alam.
Mungkin sedikit pemaparan ringkas ini kurang pas dan tidak bisa dipahami. Sehingga ada baiknya bila kawan2 membaca sendiri buku setebal enam ratusan halaman tersebut, serta membandingkan dengan isi quran maupun injil tentang peristiwa Nabi Nuh.
Beberapa ciri yang disebutkan oleh Pak Santos dari literatur tulisan Plato adalah sbb : Atlantis berada di wilayah tropis dengan suhu hangat, panen padi-padian dua kali setahun, tanahnya sangat subur. Adapun bukti bahwa tenggelamnya hanya di kisaran 200 meter, diyakini oleh Pak Santos dari peta Bathymetri Indonesia yang memiliki perairan dangkal di sekitar pulau-pulaunya khususnya Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.
Saya pernah mendengar dari kawan bahwa memang ada kontroversi tentang hal ini bahkan sampai dibukukan. Namun sayangnya saya belum pernah membaca buku tersebut.
Keyakinan Pak Santos akan Indonesia sebagai Atlantis ini menguat setelah terjadinya tsunami besar yang melanda Aceh 26 Desember 2004 lalu. Sayangnya, sebelum beliau sempat berkunjung ke Indonesia, keburu meninggal di pertengahan 2005. Untuk membuktikan klaim ini, Pak Santos menyarankan agar melakukan penelitian bawah laut di kedalaman 150 – 200 meter di perairan Indonesia, khususnya di lautan Jawa.
Bila memang pada akhirnya terbukti Atlantis = Indonesia, menurut Pak Santos ini akan menjungkirbalikkan klaim dunia Barat khususnya Eropa bahwa segala kebudayaan dan kemajuan berasal dari sana. Juga menjungkirbalikkan teori tumbukan meteor yang menghantam bumi sehingga mengakibatkan terjadinya awal zaman es (padahal Gunung Toba meletus 75 ribu tahun silam), serta menyebabkan zaman es berakhir (padahal Gunung Krakatau yang meletus).
Jadi Bapak Ibu guru harus segera merevisi penjelasannya kepada anak murid, bahkan termasuk teori evolusi yang diangkat oleh Darwin ditentang habis-habisan oleh Pak Santos. Pak Santos ini juga menyayangkan terpisahnya kajian dunia agama dengan dunia pengetahuan, padahal erat kaitannya.
Keterangan lebih lanjut, silahkan kunjungi website www.atlan.org karena penulisan saya hanya singkat dan errornya besar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H