Mohon tunggu...
Mukhamad Kurniawan
Mukhamad Kurniawan Mohon Tunggu... Buruh -

Buruh. Seluruh tulisan mewakili diri. Mari menyalakan lilin. Bukan mengutuk kegelapan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rusdi dan Tangan yang Tersembunyi

25 Mei 2015   11:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:38 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di antara ribuan orang yang berkerumun di Rumah Susun Pinus Elok  Jakarta Timur, Minggu (24/5/2015), ada Rusdi. Pria yang mengaku lahir tahun 1920 itu "terselip" dan nyaris tak terlihat. Dia mondar-mandir sebelum Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tiba. [caption id="attachment_385353" align="aligncenter" width="300" caption="Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama di tengah kerumuman warga penghuni Rusun Pinus Elok di Jakarta Timur, Minggu (24/5/2015)"][/caption]  "Saya mau menghadap," kata Rusdi kepada dua anggota Satuan Polisi Pamong Praja. Dia berharap kepada sejumlah aparat berseragam bisa dipertemukan dengan Ahok. Namun, apalah daya Satpol PP di antara banyak warga yang sama-sama ingin bersalaman dan berfoto dengan pemimpinnya. Badan Rusdi bungkuk. Jalannya tertatih. Barangkali benar, usianya telah 90 tahun lebih. Rusdi tak kuasa berdesak dan akhirnya mengurungkan niat untuk ber‎temu Ahok. "Saya mau minta diongkosin pulang Surabaya. Saya sudah tua. Pengin balik ke kampung halaman," ujarnya. Suara dan tenaga Rusdi tak cukup kuat untuk menjangkau Ahok. Hingga kegiatan peresmian "Gerakan Ketuk Pintu" selesai siang itu, Rusdi tak bisa bertemu muka dengan Ahok. ‎Dia kembali ke unit rumahnya di Blok A6 dengan sebendel berkas. Lebih dari satu tahun sebelumnya, Rusdi adalah seorang gelandangan. Hidup berpindah-pindah di daerah Kampung Melayu. Dari pinggir jalan, lalu ke kolong jembatan, dan lahan kosong. Beberapa tetangganya bercerita, Rusdi "diselamatkan" Ahok dengan dibawa ke Rusun Pinus Elok dan mendapatkan satu unit rumah berukuran 30 meter persegi, lengkap dengan jaringan air bersih dan listrik. [caption id="attachment_385354" align="aligncenter" width="300" caption="Rusdi, mantan gelandangan yang mengaku lahir tahun 1920, dibawa oleh Ahok untuk tinggal di Rusun Pinus Elok Jakarta Timur. Rusdi adalah satu dari sekian orang "]

14325264741340204049
14325264741340204049
[/caption] Rusdi barangkali sekisah dengan warga bantaran kali dan waduk lain yang dipindah ke rumah susun sejak era Gubernur DKI Joko Widodo akhir tahun 2012. Namun, tak hanya rumah susun dan perabot, Rusdi mendapat "uang saku" bulanan dari kantong Ahok. Tetangga Rusdi menyebut, setiap bulan ada orang Ahok datang mengantar uang Rp 1,5 juta ke Rusdi. Rusdi adalah "orang terpilih". Tak banyak aparatur DKI Jakarta mengetahuinya. Ahok sendiri memilih untuk tidak bercerita perihal uluran tangannya. Terkecuali program pemerintah daerah yang resmi dan dibiayai anggaran publik. Sisi lain "tangan" Ahok bekerja dalam sunyi. Tak ada cerita secara terbuka. Apalagi publikasi. Namun, kisah-kisah itu disampaikan oleh orang-orang di sekitar penerima bantuan. Seperti beberapa tetangga Rusdi, mereka berkisah tentang uluran tangan yang tersembunyi dari seorang gubernur.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun