Tidak hanya itu, logistik perbekalan yang dipacking ke dalam daypack pun seadanya. Satu cup pop mie, beberapa bungkus mie instan, permen, coklat, air mineral 1L dan 600mL serta air panas pada termos mini. Bayangkan, dengan persiapan yang bisa dibilang tidak cukup matang, Nusa akan mendaki gunung dengan tinggi 3078 mdpl. Gunung tertinggi di Jawa Barat. Semoga saja semesta mendukungnya.
Pukul lima sore, seluruh anggota telah berkumpul di rumah Arya. Selain Awan, Nusa akan mendaki bersama Arya, teman sispalanya juga. Kemudian Iqal, Henry dan Rio yang merupakan adik kelas dan juniornya di sispala. Rio sendiri mengajak 4 orang antek-anteknya. Total ada 10 orang yang akan mendaki.
"Hayu kita berdo'a dulu sebelum berangkat," ajak Awan yang bertindak sebagai leader pada pendakian ini. "Semoga pendakian kali ini dilancarkan sampai puncak dan dapat kembali pulang dengan selamat. Al-Fatihah." Semuanya menundukkan kepala dan mulai berdo'a.
Berjam-jam terlewati. Rombongan mereka terpisah menjadi dua. Nusa dan Awan berada di belakang tertinggal dari yang lain. Itu terjadi akibat Nusa berjalan sangat lambat. Musibah tiba-tiba menghampiri Nusa. Sepatu casualnya jebol. Mereka tak menduga hal seperti ini akan terjadi sehingga mereka tak membawa sesuatu yang dapat digunakan untuk memperbaiki sepatu Nusa. Nahasnya. Mereka berdua pun tak membawa sandal ganti.
Pada awalnya Nusa memaksakan berjalan dengan memakai sepatu jebolnya. Namun hal itu justru malah menyulitkan langkahnya. Dipaksa oleh keadaan, dia memutuskan berjalan tanpa alas kaki alias nyeker. Sebuah keputusan yang mau tidak mau harus dilakukan. Pijakan kakinya terkadang masuk ke kubangan air pada cekungan tanah yang seukuran mangkuk. Langkah kakinya menjadi licin dan membuatnya berkali-kali terpleset.
Semakin lama kondisi fisik Nusa semakin menurun. Beban ransel yang digendongnya semakin berat akibat ditambah sepatunya yang jebol. Bukan hanya logistik yang Nusa persiapkan secara tidak matang. Fisiknya yang jarang dilatih kini semakin melemah. Dia memang jarang sekali berolahraga. Satu-satunya olahraga yang dia tekuni adalah sepak bola. Namun itu pun dia lakukan dalam console playstation 2.
Di tengah perjalanan Nusa sempat menyesali keputusannya untuk ikut mendaki. "Ngapain aku ikut mendaki ya. Nelangsa gini. Padahal mah kalau di rumah ini teh lagi tiduran nonton tv sambil ngopi dan nyemil. Ah, nikmat euy!" batinnya membandingkan kondisinya kini dengan kebiasaanya saat di rumah. Dia kembali membatin dan semakin jatuh dalam keputusasaan, "Kalau nanti berhasil sampai puncak, ini bakal jadi satu-satunya pendakianku. Itu pun kalau sampai."
Mental Nusa lama-kelamaan mulai jatuh. Tak jarang dia mengeluh di perjalanan. "Wan, masih jauh nggak sih? Pegel euy, sumpah. Pengen balik aja aku," keluhnya pada Awan.
"Udah deket. Sebentar lagi juga sampai. Semangat atuh!"
"He-euh. Tapi istirahat dulu ya," pintanya dengan wajah memelas.