Mohon tunggu...
Mujizat U
Mujizat U Mohon Tunggu... Wira Swasta Berdikari -

Pemerhati Aktip Sekitar Yang Berusaha Obyektip Dan Gemar Serta Sudi Belajar Dari Massa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ikan Arwana dan Filosopi Kaya Raya

21 Mei 2018   21:46 Diperbarui: 28 Juli 2021   00:59 3367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
id.pinterest.com/newwolverine99

Cara memberi makan untk Ikan Arwana itu, diberikan "di cemplungkan" dalam "keadaan hidup" ke quarium yang berisi cuma satu ikan, yakni ikan arwana!

Momen memberi makan ikan arwana itu, selalu dan selalu menjadi perhatian khusus dari penulis. Betapa miris menyaksikan ikan-ikan mas yang dicemplungkan itu, sedang asyik berenang, tiba-tiba disantap ditelan bulat-bulat oleh mulut lebar ganas ikan arwana itu, Hap..!

Begitu juga dengan kelabang medan yang merah, berlari berenang. Langsung sekali lahap, di makan di santap sekali telan! 

Bila menu berikut giliran harus jangkrik, sebelum di cemplungkan, kaki belakang jangkrik yang panjangnya itu, harus dipatahkan dahulu! Setelah kakinya, patah. Barulah jangkrik itu dicemplungkan!Betapa tragis, kejam dan tega tatkala mahluk hidup yang masih hidup, dikorbankan menjadi santap makan ikan arwana yang dusukai/dicintai pemiliknya. 

Dari menyaksikan cara memberi makan ikan arwana, "terkandung filosopi" bahwa untuk mengejar dan mendapatkan kesenangan dan menjadi kaya raya, harus punya sikap mental R a j a  T e g a. 

Tega untuk menghisap tenaga pekerja dengan upah seminimnya agar dapat untung berlipat. Tega untuk tidak perlu memberi kepada anak yatim dan fakir miskin.

Tega untuk tidak usah membantu saudara atau teman walau sedang dalam kesusahan karna harta benda, tidak mengenal saudara apalagi teman.

Raja tega itulah sepertinya sikap mental yang "seolah diminta" oleh ikan arwana jika ingin mendapat hoki atau keberuntungan.  dan bahkan jika ingin menjadi orang kaya. raya..

Penulis ingin serba berkecukupan didalam urusan didunia dan tidak ingin menjadi kaya raya kalau harus bersikap raja tega. Oleh karenanya, penulis tidak berkehendak lagi membeli dan merawat ikan arwana. Selamat tinggal ikan arwana, maaf jika kamu tidak menarik minat aku lagi.

        ***** Vox Poluli Vox Dei *****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun