Mohon tunggu...
Mujiburrahman
Mujiburrahman Mohon Tunggu... Dosen - Kandidat Doktor Universitas Pendidikan Ganesha

Dosen di Universitas Pendidikan Mandalika dan sedang menempuh Program Doktor di Universitas Pendidikan Ganesha program studi Ilmu Pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Plato ke Pemimpin Masakini: Eksplorasi Kekuasaan dalam Pendidikan

9 Desember 2024   21:17 Diperbarui: 9 Desember 2024   21:26 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari Plato ke Pemimpin Masa Kini: Eksplorasi Kekuasaan dalam Pendidikan

Pendidikan selalu menjadi topik yang hangat diperbincangkan, terutama ketika kita membicarakan peran kekuasaan dalam dunia pendidikan. Dari filosofi klasik hingga kebijakan modern, kekuasaan memiliki pengaruh besar terhadap bentuk dan tujuan pendidikan. Artikel ini akan mengulas bagaimana pandangan filsafat pendidikan dari Plato hingga para pemimpin masa kini mencerminkan dinamika kekuasaan dalam pendidikan.

Plato dan Idealisme dalam Pendidikan

Plato adalah salah satu filsuf terbesar dalam sejarah, yang pemikirannya telah memengaruhi banyak aspek kehidupan modern, termasuk pendidikan. Dalam konteks filsafat pendidikan, Plato memandang pendidikan sebagai alat utama untuk mencapai kebaikan tertinggi (eudaimonia) dan membentuk masyarakat yang ideal. Dalam karyanya yang terkenal, "Republik" (Politeia), Plato menggambarkan sebuah negara ideal yang dipimpin oleh para filosof-raja. Menurut Plato, pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk pemimpin yang bijaksana dan adil. Ia percaya bahwa hanya mereka yang telah melewati pendidikan ketat dan mendalam yang dapat memahami konsep kebijaksanaan dan kebenaran, serta mampu memimpin masyarakat menuju kebaikan tertinggi.

Plato melihat pendidikan sebagai proses yang membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya, dari ketidaktahuan menuju pengetahuan. Pendidikan, bagi Plato, bukan sekadar transfer informasi, tetapi transformasi moral dan intelektual. Dia berpendapat bahwa pendidikan harus mengembangkan tiga aspek utama dalam diri manusia: akal (logos) untuk berpikir logis dan filosofis, semangat (thymos) untuk keberanian dan kekuatan moral, dan keinginan (eros) yang diarahkan kepada hal-hal yang baik dan mulia. Dalam sistem pendidikan yang dirancangnya, tahap pertama adalah pendidikan dasar yang menekankan musik dan gimnastik untuk keseimbangan karakter dan fisik. Tahap kedua adalah pendidikan menengah yang fokus pada studi matematika dan ilmu-ilmu abstrak, dan tahap terakhir adalah pendidikan tinggi di mana calon filosof-raja mempelajari filsafat dan dialektika.

Menurut Plato, kekuasaan harus berada di tangan para filosof-raja yang telah mencapai kebijaksanaan melalui pendidikan yang mendalam. Filosof-raja ini dianggap memiliki kemampuan untuk melihat "cahaya kebenaran" dan memimpin masyarakat menuju keadilan dan kebaikan. Meskipun gagasan Plato tentang pendidikan mungkin tampak utopis, banyak prinsip-prinsipnya yang masih relevan hingga saat ini, seperti pentingnya pendidikan yang membentuk karakter dan moral serta perlunya pemimpin yang berpendidikan tinggi. Dengan memahami pandangan Plato, kita dapat menghargai peran penting pendidikan dalam membentuk individu dan masyarakat yang lebih baik.

Pergeseran Paradigma Pendidikan Modern

Pergeseran paradigma pendidikan modern dimulai dengan munculnya era Pencerahan pada abad ke-17 dan ke-18, yang membawa perubahan signifikan dalam cara pandang terhadap pendidikan. John Locke, dengan konsep "tabula rasa," percaya bahwa manusia terlahir sebagai lembaran kosong yang dapat diisi dengan pengalaman dan pengetahuan melalui pendidikan. Sementara itu, Jean-Jacques Rousseau, dalam karyanya "Emile," menekankan pentingnya pendidikan yang alami dan tidak terstruktur, yang memungkinkan anak-anak untuk belajar melalui interaksi dengan dunia sekitar mereka. Kedua pemikir ini menolak sistem pendidikan otoriter yang membatasi kebebasan berpikir dan berinovasi, mereka lebih menekankan pada pentingnya pendidikan untuk pengembangan individu dan masyarakat yang lebih rasional dan kritis.

Seiring berjalannya waktu, konsep-konsep ini terus berkembang dan memengaruhi kebijakan pendidikan di berbagai negara. Pendidikan modern mulai lebih inklusif, dengan akses yang lebih luas untuk semua lapisan masyarakat, termasuk perempuan dan kelompok minoritas yang sebelumnya terpinggirkan. Kurikulum pun mengalami perubahan, dari yang berfokus pada penghafalan dan disiplin keras, menjadi yang lebih menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, dan kemampuan analitis. Penggunaan teknologi dalam pendidikan juga merupakan bagian dari paradigma baru ini, memungkinkan pembelajaran yang lebih interaktif dan akses informasi yang lebih mudah. Semua perubahan ini mencerminkan pergeseran dari kekuasaan otoritatif ke arah yang lebih demokratis dalam pendidikan, di mana setiap individu dihargai dan diberikan kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.

Kekuasaan dan Kebijakan Pendidikan Masa Kini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun