Gubahan: Mujibur RahmanÂ
     Pilkada sejatinya adalah pesta demokrasi yang mengedepankan nilai-nilai aspirasi, kebersamaan, dan kedewasaan politik. Namun, insiden kekerasan fisik dengan senjata tajam antar pendukung calon bupati di Sampang siang tadi mencoreng wajah demokrasi kita. Tragedi ini bukan hanya mencederai esensi demokrasi, tetapi juga memperlihatkan betapa politik sering kehilangan akal sehat ketika ambisi dan ego menguasai panggungnya. Â
A. Fanatisme dan Provokasi
     Kekerasan seperti ini bukan terjadi tanpa sebab. Fanatisme buta sering kali menjadi akar konflik dalam pilkada. Para pendukung kerap mengabaikan nilai-nilai demokrasi, menggantinya dengan loyalitas berlebihan terhadap kandidat masing-masing. Â
Di sisi lain, provokasi dari pihak-pihak tak bertanggung jawab juga memperkeruh suasana. Di era digital ini, ujaran kebencian dan hoaks yang tersebar di media sosial semakin memanaskan situasi. Alih-alih menyelesaikan konflik, elit politik sering kali justru membiarkan ketegangan terjadi demi keuntungan pribadi atau kelompok. Â
B. Dampak yang Dirasakan Masyarakat
       Insiden ini bukan hanya mencoreng nama baik Sampang, tetapi juga merugikan masyarakat secara luas. Ketegangan politik yang berujung pada kekerasan menyebabkan keresahan di tengah warga. Aktivitas ekonomi terganggu, hubungan sosial antar kelompok masyarakat menjadi renggang, dan kepercayaan terhadap proses demokrasi menurun drastis. Â
Lebih jauh, kekerasan ini menjadi pelajaran buruk bagi generasi muda. Ketika mereka menyaksikan demokrasi dirusak oleh perilaku tak beradab, nilai-nilai toleransi dan dialog bisa terkikis. Â
C. Refleksi dan Jalan Keluar
     Tragedi ini harus menjadi peringatan keras bagi semua pihak. Demokrasi yang sehat hanya bisa terwujud jika semua elemen masyarakat, terutama pendukung kandidat, memahami pentingnya menghormati perbedaan. Pendidikan politik harus menjadi prioritas, baik di tingkat formal maupun informal, untuk menanamkan nilai-nilai demokrasi yang damai. Â
Selain itu, peran aparat penegak hukum sangat krusial. Kekerasan tidak boleh dibiarkan tanpa konsekuensi. Pelaku harus diproses sesuai hukum untuk memberikan efek jera dan mencegah insiden serupa di masa depan. Â
Para kandidat dan tim sukses juga memegang tanggung jawab besar. Mereka harus menjadi teladan dalam mengutamakan dialog dan kedamaian, bukan memanaskan suasana demi meraih simpati. Â
D. Menjaga Akal Sehat dalam Politik
     Pilkada seharusnya menjadi ajang untuk mengadu gagasan, bukan kekuatan fisik. Ketika politik kehilangan akal sehat, masyarakatlah yang menanggung akibatnya. Mari bersama-sama menjaga demokrasi tetap bermartabat dengan mengedepankan nilai-nilai kebijaksanaan, toleransi, dan kedamaian. Â
     Tragedi di Sampang ini harus menjadi momentum untuk memperbaiki diri, agar demokrasi di Indonesia tetap menjadi kebanggaan, bukan luka yang terus terulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H