Mohon tunggu...
Mujibur Rahman
Mujibur Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Low profil

Seeker of God

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dinamika menjelang Politik Pamekasan: Adu Strategi atau Saling Menjatuhkan ?

15 September 2024   12:23 Diperbarui: 15 September 2024   13:01 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture ilustrasi 

Gubahan: Mujibur Rahman 

       Menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Pamekasan 2024, suasana politik semakin memanas. Berbagai manuver dilakukan oleh para calon bupati dan tim pendukungnya untuk merebut perhatian publik. Namun, di tengah persaingan yang semakin ketat, fenomena saling menjatuhkan di media sosial menjadi sorotan utama. Publik tidak hanya disuguhkan dengan visi dan misi calon, tetapi juga kampanye negatif yang menyeret latar belakang pribadi, kasus lama, hingga profesionalitas calon.

A. Pengungkapan Kasus Lama: Senjata Kampanye Negatif
      Kasus-kasus lama yang pernah dialami oleh beberapa calon kini kembali diangkat ke permukaan, seolah menjadi senjata utama dalam kampanye negatif. Sebagian pihak berusaha menggali rekam jejak calon, mulai dari masalah hukum hingga kontroversi masa lalu yang mungkin pernah terjadi. Hal ini dilakukan untuk meruntuhkan citra baik yang telah dibangun oleh calon bupati selama bertahun-tahun.

       Namun, masyarakat perlu bijak dalam menyikapi informasi yang beredar. Tidak semua isu yang muncul dapat dipercaya begitu saja. Seringkali, kampanye hitam didesain untuk menggiring opini publik tanpa memeriksa kebenarannya. Sebagai warga yang cerdas, masyarakat harus mampu memverifikasi informasi sebelum menerima atau bahkan menyebarkannya.

B. Karir dan Profesionalitas Jadi Sorotan
      Selain kasus lama, perjalanan karir para calon juga tak luput dari sorotan. Beberapa pihak mulai mempertanyakan profesionalitas dan kemampuan calon dalam memimpin Kabupaten Pamekasan di masa depan. Muncul berbagai narasi di media sosial yang mencoba menggambarkan kegagalan atau keberhasilan calon dalam menjalankan karir mereka sebelumnya, baik di pemerintahan maupun sektor lain.

        Kritik semacam ini sebenarnya wajar dalam dunia politik. Namun, jika tidak disertai dengan data dan fakta yang akurat, hal tersebut justru berpotensi menimbulkan kebingungan di kalangan masyarakat. Sebaliknya, kampanye yang lebih positif dan berfokus pada program kerja konkret akan jauh lebih efektif dalam meraih simpati publik.

C. Peran Media Sosial: Pedang Bermata Dua
        Media sosial kini menjadi medan pertempuran utama dalam kampanye politik. Para calon bupati dan pendukungnya berlomba-lomba memanfaatkan platform seperti Facebook, Instagram, tiktok, dan WhatsApp untuk menyebarkan informasi. Namun, sayangnya, media sosial juga menjadi sarana penyebaran hoaks dan kampanye hitam. Algoritma media sosial yang cenderung menyebarkan konten kontroversial dengan cepat menjadi celah bagi penyebaran informasi negatif tentang para calon.

       Di sisi lain, media sosial juga dapat menjadi alat penting untuk menyebarkan informasi positif dan memperkenalkan program kerja calon secara lebih luas. Oleh karena itu, para kandidat perlu lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan menghindari penggunaan cara-cara kotor yang hanya akan merusak demokrasi.

D. Politik Santun dan Harapan Baru Pamekasan
        Seharusnya, Pilkada menjadi ajang untuk memperkenalkan program-program pembangunan yang akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Alih-alih saling menjatuhkan, seharusnya para calon mengedepankan kampanye yang santun dan berbasis program kerja. Masyarakat Pamekasan tentu menginginkan pemimpin yang dapat memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang ada, bukan pemimpin yang sibuk saling menyerang lawan politiknya.

       Dinamika politik yang saling menjatuhkan ini bukan hanya berbahaya bagi integritas demokrasi, tetapi juga menciptakan ketidakpercayaan publik terhadap seluruh proses politik. Jika ini terus berlanjut, masyarakat akan semakin apatis terhadap Pilkada dan proses demokrasi itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun