Mohon tunggu...
Mujibur Rahman
Mujibur Rahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Low profil

Seeker of God

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Madura: Antara Fanatisme dan Moderasi Beragama

5 Agustus 2024   14:37 Diperbarui: 5 Agustus 2024   14:44 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Picture ilustrasi 

Gubahan: MUJIBUR RAHMAN 

         Pulau Madura dikenal dengan kekuatan budaya dan keagamaannya, memiliki sejarah panjang dalam menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan tradisi. Masyarakat Madura terkenal dengan semangat keagamaan yang tinggi, sering kali diiringi dengan sikap fanatik terhadap tokoh agama dan politik. Namun, di tengah-tengah fanatisme yang kuat ini, muncul kebutuhan mendesak untuk mengembangkan moderasi beragama guna mencapai harmoni sosial yang lebih baik.

A. Kekuatan Budaya dan Keagamaan Madura

          Madura adalah pulau yang masyarakatnya sangat erat dengan agama Islam. Kehidupan sehari-hari mereka dipenuhi dengan ritual dan kegiatan keagamaan yang mendalam. Pesantren, sebagai pusat pendidikan agama, memainkan peran penting dalam membentuk pandangan keagamaan masyarakat. Selain itu, tradisi lokal yang kuat juga berkontribusi dalam memperkuat identitas keagamaan mereka.

B. Fanatisme dan Tantangannya

          Fanatisme di Madura bukanlah hal baru. Sikap fanatik terhadap tokoh agama dan politik sering kali menimbulkan tantangan tersendiri dalam menjaga kerukunan antarumat beragama. Fanatisme ini kadang-kadang berujung pada sikap eksklusif yang menghambat dialog antaragama dan mengurangi toleransi terhadap perbedaan.

C. Moderasi Beragama: Sebuah Solusi

        Moderasi beragama menawarkan jalan tengah yang dapat mengatasi fanatisme dan eksklusivisme. Prinsip moderasi beragama menekankan pentingnya keseimbangan dalam beragama, menghargai perbedaan, dan mempromosikan toleransi. Dalam konteks Madura, moderasi beragama dapat diimplementasikan melalui berbagai cara:

1. Pendidikan Agama yang Inklusif

         Pesantren dan lembaga pendidikan agama lainnya perlu mengajarkan nilai-nilai toleransi dan menghargai perbedaan. Kurikulum yang inklusif akan membantu membentuk generasi yang lebih moderat dan terbuka terhadap perbedaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun